[CERPEN] Live the Life You Want - Karya Vallencia

Daftar Isi

“Itu anak baru yang katanya masuk jalur orang dalam?”

“Emangnya bener?”

“Iya, katanya dia sepupunya Bu Saskia. Lagian, kalau bukan lewat jalur orang dalam, gimana caranya dia bisa tembus jadi editor di sini. Syarat dan kualifikasi penerbit Paramitha kan nggak kaleng-kaleng.”

Hari ini, hari pertama Fayre bekerja sebagai editor di salah satu penerbitan ternama di kotanya, Penerbit Paramitha. 

Sejak kali pertama memasuki dunia oren—sebutan bagi orang-orang yang menyebut salah satu aplikasi khusus menulis dan membaca—, gadis yang biasa dipanggil Fay itu telah jatuh cinta dengan dunia seorang penulis. 

Bagi Fay, penulis adalah seseorang luar biasa yang mampu menggetarkan setiap hati pembaca hanya dengan merangkai kata demi kata. Sementara itu, tulisan yang dihasilkan merupakan bentuk karya seni paling indah yang mampu mengantarkan pembaca ke dunia di mana mereka bebas mengimajinasikan bacaan mereka. 

Bagi sebagian penulis, mereka menjadikan tulisan sebagai ruang untuk mereka menumpahkan semua jenis perasaan, mengabadikan setiap momen yang tidak bisa direka ulang, atau justru mengubah takdir kehidupan sesuai dengan yang mereka harapkan. 

Fay adalah opsi ketiga. Beberapa kehilangan yang mesti dialaminya sedari kecil membuatnya sulit untuk menerima kenyataan hidup. Hanya dengan menulis, Fay bisa menciptakan kehidupannya sendiri. Tentu, sebuah kehidupan yang Fay impikan. 

Sayang, cerita yang Fay tulis tidak pernah gadis itu publikasikan, seolah Fay hanya ingin menikmati karyanya sendiri. Namun, karena ketidaksengajaan membuat kakak sepupunya, Saskia, melihat dan membaca tulisan Fay.

Saskia Paramitha, pemilik penerbitan Paramitha. 

Melihat potensi yang dimiliki Fay, Saskia menawarkan Fay yang pada saat itu baru menyelesaikan studi untuk melamar di posisi editor di tempatnya. Saskia bahkan memberikan kelonggaran bagi Fay agar tidak mengikuti prosedur melamar seperti biasa agar sepupunya itu bisa langsung masuk bekerja. Namun, Fay menolak. Fay ingin lolos bukan karena jalur Saskia, melainkan karena usahanya sendiri. Maka, setelah memenuhi beberapa syarat dan kualifikasi, Fay diterima bekerja. 

Fay merasa bahagia karena bisa mulai bekerja dengan usahanya sendiri. Namun, sepertinya, status Fay sebagai sepupu Saskia akan terus membuat Fay dikecam “masuk lewat jalur orang dalam”.

Meski begitu, Fay tidak boleh lengah. Ia harus membuktikan bahwa potensinya lebih dari cukup untuk bisa diterima di sini. Tanpa jalur orang dalam. 

“Fayre, bagaimana minggu pertamanya bekerja sebagai editor?” 

Siang ini, Fay memilih makan siang di kafe dekat kantor penerbitan. Siapa sangka, Fay bertemu dengan Gavin, HR yang waktu itu mewawancara sekaligus merekrut Fay. 

“Semua berjalan dengan lancar, Pak,” jawab Fay seraya memamerkan senyum manisnya. “Oh iya, Pak. Saya boleh tanya sesuatu?”

“Silakan, Fay.”

“Kalau saya boleh tahu, apa alasan Bapak menerima saya sebagai editor waktu itu sedangkan ada pelamar lain yang lebih berpengalaman dibanding saya?”

Gavin berdeham sejenak, sebelum menjawab. “Saya menerima kamu, karena kamu berbeda dari pelamar yang lain. Betul kata kamu mungkin pelamar lainnya mempunyai pengalaman yang lebih dari kamu. Tapi, selain pengalaman kecintaan terhadap profesi itu jauh lebih penting. Dan, saya tidak mendapatkan itu di pelamar lain, kecuali kamu.”

Mendengar penjelasan itu, Fay manggut-manggut. Tidak ia sangka, jawaban yang terpikirkan secara spontan itu ternyata mampu menarik perhatian Gavin.

***

Jemari Fay menari di atas keyboard laptopnya. Gadis itu tidak sedang menulis, melainkan tengah bertukar pesan di sebuah aplikasi chatting yang memberikan akses menyamarkan nama bagi setiap pengguna. 

Fay sendiri menggunakan nama ‘littlefairy’ sebagai nama samarannya di aplikasi tersebut. Setelah beberapa kali match dengan pengguna di aplikasi itu, Fay menemukan seorang teman yang cocok dengannya. Orang tersebut menggunakan nama akun ‘callmevin’. 

Terhitung, sudah 3 bulan mereka saling bertukar pesan tanpa berniat menghapus satu sama lain. 

Callmevin

Mereka ngatain kamu masuk jalur orang dalam, padahal kamu nggak, kan?

Jadi, sampai kapan kamu mau memikirkan omongan orang lain?

Memangnya kamu hidup untuk menyenangkan hati mereka?

Littlefairy

Nggak, tapi tetap aja, aku tetap aja kepikiran meski udah berusaha untuk pura-pura nggak dengar.

Callmevin

Sekarang, aku tanya, tujuan kamu hidup itu apa sih?

Pertanyaan dari teman bertukar pesannya itu membuat Fay seketika berhenti mengetik untuk beberapa saat. 

Tujuan hidup. 

Sejauh ini, Fay belum pernah mendapatkan pertanyaan yang satu itu sehingga Fay sendiri tidak tahu apa jawabannya. 

Apa tujuan hidupnya?

Callmevin

Kenapa diam? Jangan-jangan kamu nggak tahu apa tujuan hidupmu?

Littlefairy 

Iya ...

Callmevin

Kamu pernah bilang, kamu itu suka menulis. Kalau gitu, apa tujuan kamu menulis? Apakah untuk menyenangkan pembaca?

Littlefairy

Nggak. Aku nulis karena dengan menulis aku bisa hidup di dunia yang aku harapkan

Callmevin

Nah, itu dia. 

Barangkali, kamu menulis karena keinginan kamu sendiri, bukan untuk menyenangkan pembaca kan? Itu tujuan yang ‘ku maksud

Hei, kamu nggak perlu mikirkan kata-kata orang lain, tetaplah hidup di jalan yang kamu inginkan

Omongan orang nggak akan berpengaruh apa-apa dalam hidup kamu

***

Bagi Fay, waktu lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Ada begitu banyak pelajaran yang bisa Fay dapatkan dari lima tahun yang berlalu. Termasuk, lima tahunnya di Penerbit Paramitha. 

Meskipun Fay harus menjalani satu tahun pertama sembari menahan semua perkataan buruk dari rekan-rekannya, tak bisa Fay memungkiri mereka adalah alasan Fay bertumbuh dengan begitu baik di sini. 

Fay selalu berupaya melakukan pekerjaan dengan baik agar nama Saskia tidak selalu dibawa-bawa ke dalam bahan omongan tentang dirinya. Hal itu berhasil Fay buktikan ketika ia dipercaya menyunting naskah salah satu penulis terkenal yang kemudian menjadikan dirinya sebagai editor ikut kecipratan popularitas. 

Fay bekerja dengan bahagia di tempat kerja pertamanya. Namun, bahagia saja tidak cukup bagi seorang gadis muda seperti Fay. Maka, setelah menetapkan niat, Fay mengundurkan diri dari Paramitha demi masa depan yang lebih baik. 

“Fay, kami minta maaf karena selama ini udah jahat sama kamu. Kami selalu menganggap kamu masuk jalur orang dalam, tanpa melihat kehebatan kamu.”

“Fay, semoga kamu bisa semakin berkembang ya di tempat kerja yang baru. Kalau kamu butuh teman untuk sharing-sharing, jangan sungkan hubungi kami.”

Rentetan kalimat  perpisahan yang Fay terima dari rekan-rekannya berhasil membuat kedua bola mata Fay berkaca-kaca.

“Pak Gavin, terima kasih banyak untuk kesempatannya bisa bergabung di penerbitan ini. Senang bisa kenal dengan HR sebaik Bapak,” ujar Fay seraya menyerahkan sebuah bingkisan perpisahan.

“Iya, Fay. Saya juga senang bisa mengenal editor cekatan seperti kamu. Semoga betah di tempat kerja barumu, ya. Tetaplah hidup di jalan yang kamu inginkan.”

Kalimat itu ...

Gavin? Callmevin?

Apakah selama ini mereka orang yang sama?

***

Tentang Penulis

Vallencia. Lulusan S1 Pendidikan Matematika yang lebih suka menulis dibanding menghitung nilai limit fungsi trigonometri. Gadis berzodiak Pisces satu ini suka galau dan berceloteh di samping hobi menulisnya. 

Kalian bisa menemukannya aktif di medsos :

Instagram : @vallsnation dan @vallenciazhng_

Wattpad : @vallenciazhng_

TikTok : @vallsnation


Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar