[CERPEN] Kecantikan di Atas Kesedihan
Aku Akira, seorang gadis pendiam, tak cukup cantik, dan tak populer. Aku mempunyai sahabat yang berbanding
terbalik denganku, namanya Eri, dia gadis yang cantik dan cukup populer di sekolah. Selain populer karena kecantikannya, Eri juga populer sebagai seorang model majalah remaja yang cukup terkenal. Semua orang terpana dengan kecantikannya. Badan dan tingginya yang ideal membuatnya pantas jika kagumi banyak
orang.
Aku mengenalnya saat memasuki SMP. Dia yang mengajakku berkenalan saat itu hingga kami
berteman hingga sekarang. Dia sangat baik dan ramah pada semua orang, mungkin
ini juga yang menjadi
daya tariknya selain cantik. Jika ditanya perihal iri atau tidaknya, aku sangatlah iri. Aku ingin merasakan bagaimana jadi dia. Sesekali aku mencoba berpenampilan seperti dia. Namun, bukanlah pujian yang aku dapatkan. Mereka menyebutku seperti babi gendut yang
berlagak cantik. Aku akui jika memang tubuhku ini tidaklah langsing
seperti Eri.
Aku
pun tidak secantik dia.
Sering kali aku
menangis saat orang-orang mengolok-olok badanku. Namun, Eri selalu membelaku saat orang berbicara buruk padaku, tetapi tetap saja, rasa sakit ini terus aku rasakan setiap hari. Rasa insecure
makin menguasai pikiranku setiap harinya.
Siapa sangka, pikiranku berubah saat ada
kejadian yang menghebohkan. Rumor tentang foto di majalah dewasa yang tersebar
menampilkan wajah Eri dengan tanpa busana. Saat itu, pihak sekolah langsung mengetahui hal itu dan
memanggilnya.
Sesaat setelah keluar, dia menangis lalu pergi pulang. Semua orang sangat
terkejut,
terutama aku
yang sangat syok,
kenapa bisa hal itu dilakukan oleh Eri?
Setelah satu minggu kejadian itu berlalu,
aku menghampiri Eri
di rumahnya. Saat itu, neneknya mempersilakan aku untuk masuk ke kamar Eri. Dia sudah satu minggu mengurung diri. Sejak kejadian itu, tampaknya dia sangat terpuruk. Apalagi hanya tinggal dengan neneknya saja karena ibunya
pergi jauh saat dia memasuki SMP. Dia tampak pucat dan terlihat lebih kurus sekarang. Terlihat beberapa pil obat di meja dekat tempat tidur, sepertinya itu pil obat tidur dan penenang.
“Maaf, Akira,” ucap Eri lirih.
“ Eri,” panggilku dengan nada sedih.
“Kalau kamu mau marah silakan,
Akira. Kalau kamu mau menamparku itu jauh lebih baik,” ucapnya dengan tatapan sedih.
“Aku nggak akan marah, Eri. Yakin itu bukan kamu, tenang aja. Aku tau itu pasti editan, ya, kan?” ucapku berusaha sedikit menenangkannya.
“Tidak, Eri. Itu emang aku,” ucapnya pasrah.
Seketika aku pun terdiam, Eri pun ikut terdiam cukup lama. Kemudian, Eri menghela napasnya dan mulai menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Dia mengaku bahwa dijual oleh ibunya selama ini kepada
seorang fotografer untuk melunasi hutang-hutang ibunya. Awalnya, Eri menolak, tetapi ibunya mengancam. Jika tidak menuruti
keinginan ibunya, neneknya akan disakiti. Eri sempat mengabaikan ancaman itu. Namun, selang beberapa hari,
ibunya menyuruh orang untuk menabrak neneknya. Karena hal itu, Eri pun tidak ada pilihan lain selain menyetujui
semuanya.
Eri sangat tersiksa setiap hari menjadi model untuk
majalah dewasa, bahkan sesekali dia dilecehkan oleh fotografer itu. Eri
pernah menolak ajakan fotografer untuk berhubungan. Eri lantas memukul hidung fotografer itu hingga berdarah. Fotografer itu marah dan menyebarkan majalah itu.
“Aku sudah tidak peduli sekarang. Aku sudah hancur sejak awal,” ucap Eri dingin.
“Eri, maafkan aku,” ucapku sambil memeluknya dengan erat.
Aku menangis dan meminta maaf jika terus iri padanya
tanpa tau bahwa Eri selama ini tak bahagia dan tersiksa. Aku selama ini sampai
lupa bersyukur dengan terus membanding-bandingkan diriku dengan orang lain.
“Maaf, Eri, aku malah terus-terusan merasa iri sama kamu,” ucapku diiringi tangis.
Aku meminta maaf pada diriku karena kurang rasa
bersyukur selama ini. Aku sekarang ingin bangkit untuk lebih percaya diri dan menjadi pribadi
yang lebih baik lagi.
Kami pun berjuang bersama-sama untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih bersyukur
sekarang.
Resta Fauziah atau sering disapa Resta, seorang perempuan yang lahir di Bandung pada 20 Juli 2004. Menulis cerpen sudah menjadi hobinya sejak menduduki bangku SD. Resta memang senang dengan hal-hal tentang kepenulisan, ia juga bercita-cita menjadi penulis. Ini adalah cerpen pertama yang ia terbitkan. Penulis bisa dihubungi melalui email: restafzh20@gmail.com dan Instagram: rstfzh_19.
Posting Komentar