Kumpulan Puisi Tentang Benci, Waktunya Introspeksi!
#
Puisi 1
Merpati Tiada Sayap
Oleh : Wahyu Warningsih
Berjalan tak tentu arah
Membawa racun kebencianmu dalam dada
Derai air mata kini tidak terbendung
lagi
Sungguh rasa bencimu kepada diri ini
menyiksa batinku
Aku dan kamu
Tentang rasa berubah menjadi kebencian
Tiadanya kata maaf bagiku darimu kasih
Membawaku gundah dalam lara
Aku ingin menerjang
Menebus kesalahan ini
Tetapi, dirimu telah pergi membawa
sayapku
Aku
tanpamu bagaikan merpati tiada sayap
#
Puisi 2
Mawar
Tanpa Duri
Oleh:
Wahyu Warningsih
Kembali
aku merenung
Menatap
sang lintang dan rembulan
Meratapi
nasib tentang rasa bencimu kepada diriku
Membuatku
gundah demi mendapatkan mawar darimu
Selalu
aku tanyakan
Bagaimana
duri kebencianmu hilang
Apakah
tidak aku bisa mendapatkan keinginanku
Tentang
mawar tanpa duri
Sungguh
hati ini hampa
Sehampa
malam tanpa lentera
Penuh
dengan kesepian
Dan
tangis sebagai alunan lagu
#
Puisi 3
Batas
Interaksi
Oleh
: Veily
Fara,
Apa
semua hanya tentang Fara?
Hidupku
hanya Fara?
Fara,
si istimewa?
Fara;
Istimewa
Aku;
Pembawa
sial
Apakah
Fara tidak lelah?
Fara
bahagia?
Fara
tertekan?
Semua
rancu; tapi,
Dia
istimewa
#
Puisi 4
Tidak
Ada Kesempatan Ke-3
Oleh
: Veily
Fara,
Ingat
batas kita!
Fara,
Kita
hanya teman!
Perihal
dulu,
Kita
memang bersama
Saat
itu dan sekarang;
Semuanya
berbeda
Luka
itu sudah mengering
Pedih
pun perlahan hilang
Tuntutan
yang sudah hilang
Seolah
waktu sembuhkan semua
Lantas,
perlukah kita mengulang semuanya?
#
Puisi 5
Hidupku
Oleh
: Demi Agustiana
Untuk
apa?
Untuk
apa lagi ku hadir disini?
Untuk
apa lagi ku harus bertahan?
Bila
semua itu tiada arti
Dengan
semua yang terjadi
Aku
muak dengan semuanya
Aku
benci dengan hidupku sendiri
Karena
hidupku tak berarti apa-apa
Entah
apa yang terjadi dahulu
Sehingga
hidupku seperti ini
Aku
lelah dengan semua ini
Maka
izinkanlah aku pergi
#
Puisi 6
Ikatan
Yang Usai
Oleh
: Demi Agustiana
Benci?
Ya,
aku benci
Perihal
janji manis tapi bohong
Yang
kau ucapkan lewat bibir manismu
Aku
benci akan keadaan
Dan
muak akan dirimu
Yang
memberikan bahu untuk bersandar
Tapi
semua itu hanyalah alibimu semata
Sudahlah
Sudah
cukup bagiku
Cukup
sudah kebohonganmu itu
Dan
mari kita akhiri saja sampai disini
#
Puisi 7
Benci
Oleh
: Siti Icun Syamsuriah
Mengingat
tentang dirimu
Sungguh
menyesakkan kalbu
Rasa
benci kepadamu seperti tak bisa hilang
Telah
kuhapus namun tidak pupus
Aku
tak ingin rasa benci ini abadi
Aku
ingin terbebas
Tak
ada lagi benci namun aku tak ingin kembali
Kembali
kepadamu
Aku
pernah menyayangimu
Namun
kau abaikan diriku
Kau
torehkan luka
Yang
lama pulih dan tak akan bisa seperti semula
Biarkan
aku dalam duniaku
Berkelana
mencari pengganti dirimu
Yang
bisa memberikan cinta kepadaku
Selamanya
menyayangiku
#
Puisi 8
Membencimu
Oleh
: Siti Icun Syamsuriah
Saat
kuungkapkan rasa cinta ini
Kau
anggap aku hanya bagaikan adik
Oh
tidak!!
Aku
tak terima
Aku
membencimu
Aku
hanya inginkan dirimu
Jadi
pasanganku
Bukan
saudaraku
Rasa
cinta ini kini berubah jadi benci
Pergilah
dariku
Biarkan
aku menenangkan diri
Mencari
pengganti
Pengganti
dirimu
Untuk
bertahta di hatiku
#
Puisi 9
Aku
Membencimu
Oleh
: Siti Icun Syamsuriah
Aku
dan kamu tak ada ikatan apa-apa
Aku
dan Dia terikat janji setia
Kamu
buat aku terlena
Kamu
seperti tak rela aku bersama Dia
Kamu
goda aku
Kamu
usik ketenanganku
Kamu
ganggu aku
Kamu
ingin aku bersekutu denganmu
Tidak!!
Sekuat
apapun kamu berusaha
Aku
tak akan pergi dari-Nya
Meski
aku kadang terlena
Kamu
tak akan bisa menjauhkan aku dari-Nya
Aku
membencimu
Kehadiranmu
sangat mengangguku
Tak
sedikitpun rasa suka di hatiku
Karena
aku sungguh membencimu
#
Puisi 10
Tersirat
Namamu
Oleh:
Wahyu Warningsih
Tersirat
namamu dalam kertas
Inginku
hapuskan tentangmu dalam gemerlap kebencian
Ragaku
seakan tersiksa
Akan
bayang-bayang wajahmu
Yang
terlukis indah
Dalam
kertas kenangan tentangmu
Inginku
hancurkan kertas ini
Namun,
kesepian mungkin melanda
Hanya
hampa yang akan menemani
Seperti
malam tanpa rembulan
Dan
daksaku tiada jiwa
Karena
namamu selalu tersirat dalam benakku
#
Puisi 11
Terlalu
Benci
Oleh
: Kelompok A
Rasaku,
inginku, semua tentangku
Kesalku,
marahku, benciku
Kuingin
menghempas, apakah aku sanggup?
Hati
yang tersakiti
Cinta
yang dihianati
Rasa
sakit ini merasuk sukma
Akankah
sakit terus menyiksa
Akankah
hati yang tergores bisa pulih
Rasanya
terlalu benci untuk semua yang telah terjadi
Namun,
hati ini masih mengharapkanmu duhai kasih
Tetapi,
melihat luka yang kau gores
Rasa
benci ini berkobar bagai api abadi
Ragaku
seakan hangus olehnya
Hanya
kebencian
Dan
bercampur dengan derai air mata
#
Puisi 12
Laut
Kebencian
Oleh
: Kelompok A
Sudah
berapa tahun?
Inikah
namanya janji?
Sudah,
aku tak percaya lagi!
Semua
kata yang terucap hanya manis di bibir
Cinta
yang kuharap akan abadi tak terbukti
Semua
fatamorgana
Hanya
sebuah bingkai yang terangkai atas nama cinta
Yang
akan pecah karna sebuah penghianatan
Sudah
lah, aku muak dengan semua kata manis mu
Semua
kata manismu bagaikan racun tak kasat mata
Dengan
panah janji sebagai bilah pisau
Menusuk
hatiku
Dalam
gelap ingin aku hapuskan tentangmu
Seperti
tanaman kesakitan yang kau berikan
Aku
akan membawamu ke dalam laut kebencian
Dalam kekayaan puisi tentang benci, kita
menemukan panggilan untuk menggali kedalaman diri, menyelami lapisan emosi yang
kadang tersembunyi. Namun, dari setiap bait yang merayakan kegelapan, kita juga
menemukan cahaya pencerahan yang menuntun menuju kesadaran dan pemahaman yang
lebih dalam. Semoga setiap rangkaian kata ini tidak hanya memperluas wawasan
kita tentang benci, tetapi juga mendorong kita untuk bertumbuh, menerima, dan
mencintai dengan lebih luas dan tulus.
TENTANG PENULIS
Karya ini ditulis oleh kelompok A untuk mengikuti kompetisi Arisan Karya Komunitas Ufuk Literasi. Berikut adalah nama-nama anggotanya.
1. Wahyu Warningsih
2. Siti Icun Syamsuriah
3. Demi Agustiana
4. Veily
Posting Komentar