[CERPEN] Segenggam Nestapa

Table of Contents

Hujan lebat turun mengguyur bumi, di atasnya ada Anggita yang memijaki tanah sembari menengadah dan memposisikan tangan merentang ke samping. Kedua sudut bibir ikut terangkat saat menyambut jutaan bulir bening berlomba-lomba menerpa wajah pucatnya.

Sejak kecil dia suka sekali berada di tengah tiap-tiap juta tetes air yang berjatuhan dari langit karena baginya hal tersebut merupakan kegiatan menyenangkan yang begitu sayang jika dilewatkan. Peduli setan meski kondisinya saat ini sedang tidak baik-baik saja, yang penting sekarang dirinya bisa menunaikan kemauan demi mencapai kepuasan.

Dipejamkan kedua kelopak mata selagi menikmati sensasi sejuk yang menerjang, dalam posisi seperti ini, dia mencoba melebur segala rasa di dalam dada bersama hujan–kesedihan, kegundahan dan rasa sakit yang diderita.

"Gita, sudah cukup main-mainnya! Kamu masih sakit." Dia spontan membuka mata dan menoleh ke belakang tepat pada sosok yang baru saja menghampiri dengan memegang payung guna menghalau hujan agar tidak lagi mengenainya, lantas tersungging senyum tipis dari bibir merahnya. 

"Dokter?"

"Iya. Kita masuk, ya!" Dia kembali tersenyum lalu mengangguk. Tatap matanya sempat jatuh pada pergelangan yang digenggam erat oleh Arion–dokter yang kebetulan merawatnya. Dia tahu jika Arion melakukannya karena reflek, tetapi tetap saja hal tersebut berdampak pada jantung yang mendadak seakan menggila. Setiap keberadaannya didekat Arion, kondisi detak jantungnya selalu berada pada ritme abnormal. Apakah Anggita jatuh cinta? Entahlah.q

Untuk sepersekian detik, dia terpaku. Mematung merasai hangat genggaman tangan itu.

"Ayo, Gita. Tunggu apa lagi? Hmm?"

Anggita kembali mengangkat pandangan dan mulai melangkah ikuti jejak Arion masuk untuk kembali ke ruang rawat inapnya.

"Kondisi kamu belum sepenuhnya membaik, ada baiknya kalau jangan main air hujan! Kamu mengerti?" Aksara tersenyum mendapatkan sebuah afeksi dari Arion. 

"Mengerti, Dokter. Apa dalam waktu dekat ini aku akan sembuh?"

Anggita mengangkat kepala agar dapat menatap jeli pria jangkung yang tengah mengusap rambut panjangnya menggunakan handuk kering.

"Tentu saja! Anggita akan sembuh dan sehat kembali. Entah itu, besok atau lusa. Berdoa saja yang banyak, oke!"

"Bagaimana jika aku berdoa untuk tetap sakit saja? Tetap dirawat di rumah sakit ini agar bisa terus melihat Anda." Paparan dari bibir Anggitaberhasil membuat kegiatan Arion terdistraksi.

"Kenapa?"

"Aku merasa senang memiliki sosok teman seperti Anda. Ingin selalu ada di dekat Anda."

Detik selanjutnya, Anggita lantas memejamkan mata saat telapak tangan itu mengusap pelan pucuk rambutnya.

"Jangan bicara begitu! Ucapanmu barusan membuat saya merasa terbebani. Kita nggak bisa selamanya seperti ini. Kita punya masa depan yang masing panjang. Berdoa yang baik-baik, ya!" Anggita mengubah ekspresi wajahnya menjadi muram. 

Ada segudang kesedihan yang tiba-tiba melanda ketika sadar jika sebentar lagi dia akan kehilangan sosok pria di depannya.

"Anda benar. Omong-omong apakah suatu hari nanti kita akan berjumpa kembali setelah perpisahan terjadi?"

***

Surabaya, 17 Juli 2024

Anggita berdiri menatap hujan di balik jendela kamar. Kedua tangannya sibuk memeluk tubuh yang berbalut sweater tebal karena cuaca cukup dingin sore ini. Dua tahun sudah berlalu, tetapi dia masih mengingat dengan baik petuah Arion sebelum pria itu pergi meninggalkan tanah air. 

Jangan sering main hujan! Kalau kamu sakit siapa yang akan merawatmu? Jaga kesehatan untukmu sendiri.

Senyum Anggita spontan mengembang sempurna mengingat kepingan memori berharga itu. Jika ditilik, tidak ada yang istimewa dari nasihat tersebut, tetapi bagi Anggita yang sudah lebih dulu menaruh rasa, hal itu adalah ucapan yang luar biasa.

Tangannya pun terulur menyentuh permukaan kaca jendela yang mengembun lalu bergerak menuliskan sesuatu di sana.

I Miss you.

Sembari menatap tulisan itu, sebuah pertanyaan muncul di kepalanya, apakah penantian dirinya selama dua tahun tidaklah sia-sia?

Baru saja mempertanyakan ketidakpastian itu, sebuah undangan yang memiliki aksen cantik datang kepadanya. 

Anggita tersenyum menyambut undangan dari tangan seorang asisten rumah tangganya.

"Terima kasih."

"Sama-sama. Saya permisi dulu." Anggita mengangguk, menatap kepergian wanita yang telah merawatnya demi menggantikan figur sosok ibu yang telah berpulang.

Usai pintu kamarnya kembali tertutup rapat, Anggita mulai membuka lembaran undangan itu.

Dia penasaran siapa yang mengirimkan undangan untuknya?

Perlahan tapi pasti, Anggita mulai membaca ejaan bertekstur yang terukir di atas permukaan kertas tebal tersebut.

Arion Narendra dan Alisa Artamevia.

Senyum getir lantas tersemat di kedua sudut bibirnya.

Alisa?

Anggita melangkah mendekat ke arah nakas lalu mengambil kotak beludru yang tersimpan dengan baik selama dua tahun lamanya.

Dia membuka kotak berisi cincin yang memiliki inisal A.

Jadi, cincin yang dia temukan di rumah sakit bukan untuknya melainkan untuk Alisa?

Anggita lantas menertawai kebodohannya sendiri.

"Astaga, selama ini aku jatuh cinta pada kekasih orang lain?"

Anggita ingin menangis, tetapi tidak akan dia biarkan setetes pun air mata itu jatuh dari pelupuk.

"Semua akan baik-baik saja, okey! Jadikan peristiwa ini sebagai sebuah pelajaran untuk jangan mudah jatuhkan hati pada pria yang tidak kamu kenal dengan baik." Hatinya berbicara. Meyakinkan diri untuk tidak terpuruk usai kehilangan.

***

Tentang Penulis

Gita, lahir di kota Banyuwangi, 26 Februari, dan menetap di Surabaya. Merupakan seorang penulis amatir yang selama beberapa tahun belakangan tekun merilis karya di beberapa platform. Ketertarikannya menulis di  media online  bermula pada tahun 2021. Antusiasme semakin meningkatkan setelah buku pertama yang diterbitkan dapat dterima dengan baik  oleh para pembaca. Akhirnya sejak saat itu, Gita mulai menyibukkan diri guna terus menuang imajinasi membentuk sebuah narasi pada buku- buku berikutnya. Karena selain menekuni hobi, Gita juga dapat mengumpulkan pundi-pundi rupiah  dari hasil menulisnya.

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

8 komentar

Silakan menuliskan komentar dengan rapi dan sopan!
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 24 Juli, 2024 Delete
Keren, semangat Kakak 🙏
Comment Author Avatar
Anonim
Jumat, 26 Juli, 2024 Delete
Terima kasih banyak 😘
Comment Author Avatar
Anonim
Jumat, 26 Juli, 2024 Delete
😍😍
Sukses selalu kak
Comment Author Avatar
Anonim
Jumat, 26 Juli, 2024 Delete
Terima kasih banyak 😘
Comment Author Avatar
Anonim
Sabtu, 27 Juli, 2024 Delete
Masya allah keren banget kak, sukses selalu kak
Comment Author Avatar
Anonim
Sabtu, 27 Juli, 2024 Delete
Makasih kakak🥰
Comment Author Avatar
Anonim
Sabtu, 27 Juli, 2024 Delete
Bagus kak ceritanya, seandainya lebih panjang.
Comment Author Avatar
Anonim
Senin, 23 Desember, 2024 Delete
Ih kok mello si