[CERPEN] Kegagalan Menuju Kesuksesan
Sejak duduk di bangku SD hingga kelas 12 SMA jurusan Sosiologi, Dono termasuk anak yang lumayan berprestasi. Bahkan, setiap ada lomba menulis cerpen dan opini, Dono selalu aktif mengikuti kompetisinya. Karena kegigihan dan konsistensi Dono dalam mengembangkan bakat di bidang sastra, Dono sering mendapatkan juara lomba cerpen dan opini di tingkat kabupaten dan provinsi.
Namun, dibalik kelebihan Dono, Dono memiliki kekurangan dalam Matematika.
Lima hari lagi, Dono akan melaksanakan ujian kelulusan SMA selama 4 hari termasuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Sosiologi. Suatu hari, ketika Dono kembali ke rumah, hati Dono sangat bimbang karena ujian Matematika selalu tidak memuaskan mulai dari 50-75. Karena kegelisahannya, seluruh badan Dono diguyur keringat dingin.
Kemudian, Shinta, teman dekat Dono yang genius dalam Matematika, langsung menghampiri Dono, “Don, kenapa wajahmu seperti orang bingung?”
“Iya, aku bimbang karena takut tidak lulus,” jawab Dono dengan penuh malu.
“Lho, kenapa kamu berpikir seperti itu? Padahal, kamu termasuk anak berprestasi,” jawab Shinta dengan penuh kaget.
“Aku bingung apa yang harus dilakukan. Nilai Matematika aku selalu jelek, aku sudah berjuang, tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Yaudah, aku hanya pasrah saja dan benci Matematika,” jawab Dono dengan penuh kekesalan.
Shinta memberi nasihat secara baik-baik, “Eh, gak boleh gitu, Don. Perkataan itu adalah doa. Mungkin kamu harus dibimbing. Aku pun juga lemah dalam menulis. Tetapi, kita harus saling melengkapi.”
Hati Dono pun tergerak mendengarnya dan berkata, “Baik, karena ujian mulai mendekat, bagaimana kalau kita belajar bareng?”
“Aku mah bersedia banget biar nilai kita memuaskan. Kita siap berjuang bersama,” jawab Shinta dengan penuh meyakinkan.
Dono langsung pamit ke Shinta, “Yaudah, aku mau pulang duluan yah ke rumah. Sampai jumpa!”
“Sampai jumpa, Don!” sahut Shinta.
Akhirnya, mereka pun belajar bareng setiap hari hingga ujian kelulusan SMA selesai.
Hari keempat, ujian kelulusan SMA terakhir yaitu Matematika. Dono pun mengerjakan Matematika dengan jujur, lancar, dan bisa menjawab sebagian besar soal ujiannya.
Ujian kelulusan SMA telah berlalu. Semua siswa sedikit lega, walaupun ada tegangnya karena menunggu pengumuman ujian kelulusan SMA. Dono pun masih sedikit bimbang mengenai hasil ujian Matematika karena takut tidak lulus.
Kemudian, Bu Sisil, Wali Kelas 12, mengingatkan ke semua siswa, “Jangan lupa 3 hari lagi, kalian akan melaksanakan pembagian rapor kelulusan SMA. Ini menjadi langkah kalian untuk menentukan apakah kalian lulus atau tidak. Jadi, jangan lupa perbanyak doa biar hasilnya memuaskan.”
“Aamiin, siap, Bu,” jawab semua siswa dengan penuh menyakinkan.
Tiga hari kemudian, Dono bersama orang tuanya datang ke SMAN 2 Kenari untuk menerima rapor pada Pukul 09.00 WIB. Bu Sisil mempersilahkan semua orang tua siswa dan siswa untuk duduk di kelas.
Kelas sudah mulai kondusif, Bu Sisil langsung memulai sapa di depan kelas, “Selamat pagi, semuanya.”
“Selamat pagi, Bu,” jawab semua orang tua siswa dan siswa.
“Pada pagi ini, kita akan menerima rapor kelulusan SMA. Melihat dari seluruh siswa kelas 12 SMAN 2 Kenari, alhamdulillah 100% dinyatakan lulus.”
Semua orang tua siswa dan siswa senang mendengarnya hingga bertepuk tangan dengan meriah.
Bu Sisil langsung memberikan pengumuman nilai akhir tertinggi dan prestasi kepada semua siswa, “Berdasarkan hasil rekapan nilai dan prestasi yang dicapai, maka siswa terbaik kelas 12 adalah Dono.”
Dono langsung maju ke depan bersama orang tuanya untuk menerima rapor dan hadiah dari Bu Sisil. Semua siswa dan orang tua bertepuk tangan dengan meriah.
Bu Sisil mengucapkan, “Selamat yah, Dono. Tingkatkan terus prestasimu!”
“Terima kasih, Bu,” jawab Dono.
Dono dan orang tuanya kembali ke tempat duduk.
Bu Sisil memberikan nasihat terakhir kepada semua siswa dan orang tua, “Buat kalian yang belum mendapatkan ranking, bukan berarti kalian tidak mampu, mungkin bisa saja kalian rezekinya nanti lebih baik lagi. Ingat, hidup ini adalah tentang perjuangan. Tetap semangat, semuanya! Sekarang, kalian boleh pulang. Terima kasih dan sampai jumpa!”
“Sampai jumpa, Bu,” sahut semua orang tua dan siswa.
Sepulang sekolah, Dono menghampiri Shinta dan mengucapkan, “Shinta, alhamdulillah aku lulus. Terima kasih sudah belajar bersama sehingga kita semua bisa lulus SMA.”
Shinta menjawab, “Sama-sama. Selamat yah, kamu sudah membanggakan semuanya. Oh iya, perjuangan kita masih panjang karena satu bulan lagi, kita akan mengikuti seleksi ke perguruan tinggi negeri. Kamu nanti bakal daftar ke kampus mana?”
“Aku rencananya mau daftar ke UPI, pilihan pertama jurusan Ilmu Komunikasi dan pilihan kedua jurusan Bahasa Inggris,” jawab Dono.
Shinta pun kagum, “Wow, keren. Kebetulan aku juga sama mau daftar ke UPI, pilihan pertama Akuntansi dan pilihan kedua Ekonomi.”
Kemudian, Dono berkata dengan sedikit tegang, “Tetapi, aku masih ragu nih masuk ke UPI karena ujiannya ada Matematika, aku takut gak lulus.”
“Gak usah, takut. Intinya kita banyak belajar dan siap berjuang biar kita masuk ke kampus yang diinginkan,” jawab Shinta sambil menghibur Dono.
Dono pamit ke Shinta, “Yaudah, nanti berkabar aja. Aku mau pulang dulu yah! Bye!”
“Bye!” sahut Shinta.
Setelah mereka dinyatakan lulus, mereka tetap saling berkabar dan belajar bersama untuk menghadapi ujian masuk ke perguruan tinggi negeri.
Pada hari H, Dono dan Shinta melaksanakan ujian seleksi perguruan tinggi negeri. Untungnya, mereka bisa mengerjakan ujiannya dengan lancar.
Dua minggu kemudian, tibalah pengumuman kelulusan seleksi perguruan tinggi negeri.
Kemudian, Shinta melihat pengumuman di internet dan ternyata dinyatakan lulus masuk ke jurusan Akuntansi UPI.
Shinta langsung menelepon ke Dono, “Halo, Don. Alhamdulillah, aku lulus masuk UPI.”
“Wah, selamat! Tapi, aku tadi lihat di pengumuman, aku gak lulus,” jawab Dono sambil menangis.
Shinta memberikan hiburan, “Jangan nangis, Don. Gagal bukan berarti tidak mampu. Coba saja kamu daftar beasiswa ke Jepang, tadi aku lihat di internet.”
“Aku nyerah,” jawab Dono dengan pasrah.
Shinta memberikan nasihat, “Jangan gitu, dong! Kalau kamu gak berani mencoba, kamu gak akan sukses.”
Mendengar nasihat Shinta, Dono langsung daftar beasiswa ke Jepang melalui internet karena deadline tiga hari lagi. Dono juga mempersiapkan dokumen (ijazah, rapor, passport) dan membuat motivation letter untuk pendaftaran beasiswa. Tidak hanya itu, Dono juga latihan interview untuk seleksi beasiswa ke Jepang.
Dono sudah melangkahi seleksi berkas dan interview. Dua minggu kemudian, Dono dinyatakan lulus beasiswa ke Jepang. Dono pun sujud syukur. Dono memberi tahu ke orang tuanya dan Shinta, mereka turut bahagia.
Dari situ, Dono mengambil hikmah bahwa proses tidak mengkhianati hasil.
***
Tentang Penulis
Ariel Guslandi, pria fresh graduate dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan. Ia menyukai bidang jurnalistik termasuk menulis opini dan cerpen. Selama final year student sampai sekarang, ia sangat aktif mengembangkan bakat jurnalistik di IDN Times dan media sosial. Untuk saat ini, bisa ditemukan di Instagram @arielguslandi1 dan Tiktok @arielguslandi1
Keep up your good work
Look forward to reading more from you ! More adventure..more inspirational story !
TC
Kembangkan terus yaaa author, sambil diperdalam pengenalan karakternya untuk para pemeran dalam cerita...