[CERPEN] Dewasa

Table of Contents

Selesai adalah kata yang ingin Edwin dapatkan. Kafein dan laptop menemani malam Edwin. Sudah beberapa hari ini Edwin bekerja dengan sangat padat, setelah pulang bekerja pukul 5, Edwin kembali lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum batas akhir penyerahan. 

Selain mengerjakan pekerjaannya sebelum batas akhir penyerahan, Edwin pun tengah menyusun skripsinya. Saat ini, Edwin bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan kosmetik dan Edwin tengah menempuh pendidikan untuk mengejar gelar magister. 

Bunyi telepon berdering dengan nyaring. Edwin segera melihat panggilan tersebut. Tertera nama mamanya di sana. Edwin menghela napasnya panjang. 

"Halo, Ma?"

"Kamu ini, jam segini masih belum tidur. Pacaran kok sama laptop,” sindir mamanya. 

"Ya Mama tau sendiri, aku sedang menyusun skripsi dan mengejar deadline. Mama sendiri yang minta aku untuk jadi bos di perusahaan tersebut," ujar Edwin. 

"Dih! Nuduh. Mama nggak ada bilang apa pun juga, Mama cuma suruh kamu cari perempuan. Kalau bisa diajak ke pelaminan, jadi pacarmu nggak laptop terus,” sarkas sang Mama. 

"Ya Mama suruh aku cari pacar, Mama lihat sendiri, kerjaan aku aja udah nggak kepegang. Jangan berekspektasi terlalu tinggi. Mama juga tahu kan aku manusia," ujar Edwin lelah. 

Edwin memijat pelipisnya yang terasa pening. Setiap hari, sang Mama selalu menelepon dan memastikan segala sesuatu yang tidak perlu. Edwin muak dengan semua situasi yang terjadi. 

"Ya, Ma, ya, ya, ya. Udah, ya. Aku matiin," ujar Edwin. 

Setelahnya, Edwin mematikan telepon sepihak. Edwin berlalu menuju kulkas mini di kamarnya. Oh iya, Edwin saat ini menempati kos-kosan berukuran 3×3 meter persegi, bisa dibilang ukuran besar, karena Edwin pun bukan tinggal di sebuah perkotaan berkembang. 

Edwin mengambil salah satu minuman berwarna hijau. Minuman soda tersebut ia buka dan ia telan beberapa teguk secara paksa. Edwin kembali ke laptopnya. 

Saat melihat layar laptopnya hitam, Edwin sedikit panik, karena ia belum sempat menyimpan data-datanya tadi. Edwin menyalakan layar laptopnya. Namun, tidak bisa. Edwin berspekulasi bahwa laptopnya kehabisan daya. 

Sesaat setelah pengisian daya dapat berjalan, Edwin segera mengecek pekerjaannya. Nihil, kosong. 

"Ah, hari yang sangat sial," desisnya menahan kesal. Saat ini, Edwin ingin sekali melempar laptopnya, tapi Edwin pun sadar diri, jika ia membanting laptop seharga 20 juta tersebut, maka Edwin hanya bisa meringis hal-hal tersebut di kemudian hari. 

Edwin menutup matanya, Edwin mencoba mengatur pernapasannya. Kemudian, secara perlahan, napas Edwin mulai teratur seiring waktu berjalan. Malam ini, Edwin tertidur tanpa menyalakan alarm untuk esok hari. 

***

"Edwin, kamu di mana? Jam 6.45 kan kamu sudah harus di kantor, kita ada meeting pagi-pagi sekali, loh, ini," ujar salah seorang rekan Edwin yang meneleponnya. 

Rekan Edwin tersebut bernama Anita, ia menelepon Edwin dengan khawatir, sebab file-file data dipegang Edwin semua. 

"Hah? Emang sekarang jam berapa?" tanya Edwin panik. 

"Udah 6.40, kamu ke mana? Jangan bilang baru bangun," ujar Anita curiga. 

"Kamu begadang lagi, ya? Aduh, Edwin. Ini kan ada meeting pagi, kok kamu nggak pasang alarm sih kalau begadang. Kan kamu tau klien kita pagi ini klien penting, kamu kan juga tau kalau kita bakal dimarahin jika project ini gagal. Ah, sudahlah. Lebih baik kamu segera ganti pakaian dan ke kantor, mandinya nanti saja setelah rapat," ujar Anita kesal. 

"Atau aku jemput, nih? Aduh, pusing banget ini kalau nggak ada hard disk-nya," lanjut Anita. 

"Maaf, ya, Nita, aku segera berangkat, ini sudah siap." 

Ya, sedari tadi Anita mengomel, Edwin pun segera bersiap, ia tahu, 5 menit adalah waktu yang kurang, dan dia harus bersiap secepat mungkin. Edwin memesan ojek online, beruntung takdir berpihak padanya, sebab posisi awal ojek tersebut berada dekat dengan posisinya. 

"Pak, cepet, ya. Saya sudah telat banget, saya nanti dipecat jika semakin telat,” ujar Edwin dengan panik. Edwin bahkan tidak mematikan sambungan teleponnya dengan Anita, membuat Anita mendengar semua percakapan dan kepanikannya. 

"Siap, bang. Gas! Ngueng!" Motor melaju membelah kemacetan kota saat ini. Saat di perjalanan, Edwin kembali mengecek semua barang bawaannya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, contohnya, ketinggalan barang. 

"Flashdisk, aman. Hard disk, aman. Ah, sial. Tabnya ketinggalan. Ah, sudahlah, nggak pa-pa. Untung semua datanya ada di flashdisk." Meski begitu, Edwin tetap harap-harap cemas, seingatnya, ada satu file yang ia pindahkan agar bisa ia revisi dengan cepat pagi ini, tetapi Edwin terus meyakinkan dirinya bahwa tak ada yang salah. 

Sesampainya Edwin di luar gedung perkantoran, Anita segera menyodorkan tangannya meminta hard disk yang dibawa oleh Edwin dan segera berlalu menuju ruang rapat diadakan. 

Beruntung, hari ini berjalan sempurna, berkat Anita. 

"Terima kasih, Anita," ucap Edwin berterima kasih banyak. Jika bukan karena Anita, mungkin semuanya akan kacau. Anita adalah penyelamat hari ini, bagi Edwin. 

"Nita, aku izin pulang lebih awal, ya. Aku mau ketemu dospem dulu,” ujar Edwin. Meskipun Edwin harus bolak-balik, karena ia harus pergi ke kosnya terlebih dahulu. Namun, semua itu bukan masalah. Terpenting, dosen pembimbingnya tidak PHP. Begitu, menurut Edwin. 

Tiga hari lagi adalah batas pengumpulan pekerjaan. Hal itu membuat Edwin selalu terlarut bersama laptop dan kafein. Agar tidak mengulangi kesalahan bodohnya, saat ini, Edwin selalu memakai laptop bersamaan dengan pengisian daya, meskipun kondisi full. 

Edwin tidak mau kesalahan kecil tersebut terjadi. Ini adalah titik yang menjadi tolak ukur apakah Edwin layak untuk naik jabatan atau tidak. Juga, lima hari lagi, bertepatan dengan Edwin sidang skripsi. Hidup Edwin semakin tak teratur, lima gelas kafein sehari, makan dan istirahat yang tidak beraturan, serta hal-hal lainnya yang mulai makin berantakan akibat susunan jadwalnya yang sangat padat. 

Edwin memiliki gerd dan beberapa hari ini, matanya pun mulai berkunang-kunang. Edwin mengabaikan gejala tersebut dan tetap melanjutkan pola hidup yang tidak teratur. Makin hari, kondisi Edwin makin memburuk. 

Baru hari ini Edwin tidur dengan baik, meskipun dengan bantuan obat tidur. Edwin memasang alarm di pukul 5 pagi. Kemudian, setelahnya Edwin tertidur pulas. 

"Pagi, Pak!" sapa Edwin. 

"Iya, Edwin. Kamu boleh duduk, silakan. Silakan presentasikan project-nya. Kamu mulai lebih awal." 

Edwin tersenyum. Ia maju dengan percaya diri. Edwin berhasil melakukan presentasi mengenai project-nya dengan sempurna. 

"Bravo! Saya suka idemu, Edwin," ucap atasan Edwin yang merangkap sebagai tim penguji, sesaat setelah mereka bertiga mempresentasikan tugasnya. 

"Terima kasih, Pak,” ucap Edwin dengan sangat senang, kerja kerasnya beberapa hari ini terbayar. Oh, iya. Selama beberapa hari ini juga Edwin sedang dekat dengan Anita. Bahkan, Edwin baru tahu, jika Anita adalah anak dari tetangganya di kampung halaman. Dunia yang penuh misteri. 

Berlanjut di hari kemudian, hari ini Edwin berhasil menjalani sidang skripsi, ia berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dari dosen penguji. Edwin tinggal menunggu pengumuman wisuda. 

Edwin memesan ojek online untuk pulang ke kosnya. Wajah Edwin berseri-seri meskipun Edwin tak bisa membohongi firasat manusia, ya, Edwin pucat. Edwin bahkan hampir tertidur saat perjalanan. 

Hingga bunyi tabrakan beruntun membangunkan Edwin sejenak, sebelum akhirnya Edwin pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Edwin dinyatakan koma sesaat setelah banyak kemenangan yang ia raih. Tim medis belum mengetahui penyakit pasti yang menyerang Edwin.

***

Tentang Penulis

Dirinya bernama Veily, dia telah menerbitkan buku pertamanya dengan judul “GALAXY” baru-baru ini dan saat ini sedang menempuh pendidikan SMA-nya di Sukabumi. Jika kamu penasaran dengan penulis, kamu bisa menghampiri akun Instagram-nya dengan username @vii_ssky.

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar