[CERPEN] Harapan Orang Tua
Raisa Anandita, salah satu mahasiswi di universitas yang ada di Jawa. Saat ini dengan kebiasaan bangsawannya (bangsa tangi awan), dia menempuh hectic-nya proses skripsi. Sudah hampir delapan bulan terakhir Raisa disibukkan dengan skripsi. Mulai dari proses penyusunan proposal penelitian, bimbingan setiap minggu, penelitian ke sekolah, dan keriwehan lainnya.
“Waduh. Kesiangan lagi. Sudah pukul 08.35. Aku harus cepet-cepet, nih. Keburu ditinggal dosbing. Mandi, nggak, ya? Nggak usahlah. Cuci muka sama sikat gigi aja biar cepet,” gumamnya sendiri di kamar kos.
Tak butuh waktu lama 15 menit siap-siap. Raisa sudah rapi dengan pakaian kampusnya. Belum selesai dari itu, dia harus berjalan cepat menuju kampusnya sebelum pukul 09.00, dan ya, dia terlambat dua menit karena masih menunggu antrean lift yang panjang, tapi beruntungnya dosbing masih berada di kantornya.
“Selamat pagi, Bu, izin untuk bimbingan,” sapa Raisa kepada dosbing-nya.
“Iya, Mbak, silakan duduk. Sudah sampai mana progres skripsinya? Yang kemarin sudah direvisi? Apakah ada lagi yang belum dipahami?” tanya dosbing.
Sembari menarik napas, Raisa mulai mengatur kata-kata untuk menjawab pertanyaan dosbing yang telanjur panjang.
“Iya, Bu. Yang kemarin sudah direvisi bab 4-nya, bisa dicek terlebih dahulu dan untuk progresnya sudah sampai pada bab 5 beserta lampirannya, Bu,” jawab Raisa dengan kaki yang selalu gemetar di bawah meja.
Setelah beberapa menit dicek kembali, draf skripsi milik Raisa muncul beberapa pertanyaan dari dosbing
“Untuk buktinya bisa lebih diperjelas lagi, diperbesar lagi ya, Mbak. Takutnya nanti akan dipertanyakan oleh penguji, biar sama-sama jelas dan bisa dipahami oleh pembaca. Bisa diperbaiki lagi. Untuk yang lainnya bisa dicek kembali di pedoman kampusnya. Secepatnya segera temui saya lagi biar saya ACC.”
“Baik, Bu, akan segera saya selesaikan,” jawab Raisa dengan senyuman bahagia dan bersuara dalam hati “Akhirnya akan selesai juga.”
“Baik, Bu, saya izin untuk undur diri, terima kasih atas waktunya,” pamit Raisa.
“Iya, Mbak, sama-sama. Segera diselesaikan ya,” jawab dosbing dengan senyum ramah beliau.
Setelah keluar dari ruangan, Raisa mulai senyum-senyum sendiri sembari menyapa kepada teman-teman yang saat itu juga masih menunggu dosbing masing-masing. Gumamnya dalam hati, “Ya Allah, akhirnya sedikit lagi akan selesai meskipun harus mengubah waktu malam menjadi siang dan waktu siang menjadi malam.” Hal itu karena Raisa lebih bisa fokus mengerjakan skripsi di malam hari hingga dini hari dan waktu tidurnya berubah menjadi setelah Salat Subuh.
Sesampainya di kamar kos, Raisa akan kembali dengan rutinitasnya untuk mengqada tidurnya tadi malam yang sudah terambil untuk menyelesaikan draf skripsi yang dia bawa untuk bimbingan pagi hari tadi.
“Bangun, woi. Tidur terooos, skripsi-skripsi,” cerocos ketiga sahabatnya itu.
“Udah selesai bimbingan aku, doain besok ACC,” jawab Raisa yang masih mencoba mengumpulkan nyawanya.
“Wah seriusan, Sa, akhirnya kang tidur akan mencapai garis finis,” kata Feli dengan antusias dan diikuti oleh kedua sahabatnya, Meisya dan Airin.
Obrolan terus mengalir tentang skripsi dari mereka masing-masing. Sampai tak sadar waktu sudah hampir malam, sehingga mereka pamit untuk kembali ke kos dan rumah masing-masing.
“Pulang dulu ya, Sa, semangat semoga kita bisa segera nyusul kamu juga,” pamit Airin dan kedua temannya.
“Aamiin. Okey hati-hati ya, Bestie. Besok kita ketemu lagi. Jangan lupa kabari. Kalo udah nyampe kos dan rumah kalian. Okey,” jawab Raisa mengaminkan doa ketiga temannya.
Setelah pertemuan dengan ketiga temannya, Raisa mulai membersihkan diri dan tak lupa melaksanakan perintah Tuhannya. Hingga malam tiba, Raisa masih belum membuka pacar kotaknya itu. Dia masih asyik scroll media sosial sambil merebahkan tubuhnya.
“Nanti dululah ya , sekarang kita scroll-scroll aja dulu, pukul 21.00 kita akan buka laptopnya,” bicaranya dengan diri sendiri. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21.20 malam. “Waduh udah lewat. Sekalian 10 menit lagi, lah.”
Tak terasa jam sudah lewat hingga pukul 22.00.
“Ya Allah, udah lewat banget saatnya ke mode plankton, nih. Sambil nunggu laptop nyala. Mari kita cari lagu-lagu Arabic. Secangkir kopi kita siapkan dan siap begadang,” gumam Raisa menyemangati dirinya sendiri.
Raisa pun mulai merevisi yang sudah dibimbingkan pada dosennya tadi pagi. Tak terasa sudah sampai pukul 03.30 dini hari. Revisi pun selesai, sekarang saatnya Raisa kembali mencurahkan ceritanya kepada Sang Kuasa serta dilanjutkan dengan persiapan Salat Subuh dan tentunya mengqada tidurnya lagi.
Pagi ini, dia lebih bersantai karena janji temu yang dibuat dengan dosbing-nya pada pukul 11.00. Pertemuan hari ini Raisa tak lagi terlambat serta langsung mendapatkan tanda tangan dosbing yang itu artinya draf skripsi telah ter-ACC dan saatnya melakukan pendaftaran sidang skripsi.
Tiga hari berlalu, sembari menyiapkan persyaratan untuk sidang skripsi, dan jadwal muncul pada tanggal 21 Mei.
“Guys. Jadwalku udah keluaaaar.” Raisa mengabarkan melalui chat kepada ketiga sahabatnya di grup WhatsApp yang mereka buat.
“Wah. Deg-degan, nggak, tuh?” jawab Feli.
“Akhirnya kang tidur sidang, weeee.” Meisya ikut nimbrung.
“Selamat ya, Sa. Uhuy, sat-set pol.” Airin pun tak ketinggalan.
“ Jangan lupa dateng ya, Guys,” timpal Raisa.
***
Tanggal 21 Mei pun tiba, dari semalam Raisa sudah mempersiapkan bahan yang akan dipresentasikan di depan penguji. Mulai dari PPT, hingga draf skripsi yang sudah dipelajari berulang kali. Meskipun itu dibuat sendiri, tetapi harus tetap dipelajari karena tidak tahu nanti pertanyaannya akan seperti apa yang akan dikeluarkan oleh penguji. Proses sidang diakhiri dengan pernyataan ketua penguji yang menyatakan Raisa tidak perlu mengulang. Proses sidang berjalan selama 1.30 jam.
“Selamat ya, Sa, akhirnya lega juga kan,” sambutan dari ketiga temannya setelah keluar dari ruang sidang.
“Terima kasih, buanyak, Guys. Yuk segera nyusul dan kita tinggalkan kota ini,” jawab Raisa diikuti dengan memeluk keempat orang sahabatnya itu.
Setelah apa pun itu, dan sesibuk apa pun itu, luangkan waktumu untuk membuka laptopmu. Memulai mengerjakan, jangan menunggu sempurna karena skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai.
***
Tentang Penulis
Ucik, nama kecil yang dia gunakan dalam nama penanya. Mulai menyukai menulis di tahun 2020, menyukai makanan asam dan manis. Masih akan mulai mengembangkan menulisnya lewat Instagram @Cerita.kata_, dia akan sangat bahagia jika dikunjungi.
Posting Komentar