[CERPEN] Sejuta Harapan - Karya Nazilul Azizah
Aku adalah Nazilul Azizah, biasa dipanggil Nazil, seorang anak perempuan yang memiliki sejuta harapan. Anak perempuan pertama yang memiliki semangat yang tinggi untuk menggapai cita-cita, dan mewujudkan harapan kedua orang tua. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Kehidupanku selama di desa sangat asyik dan menyenangkan. Masa kecil yang aku habiskan untuk sekolah, belajar, bermain, mengaji, dan masih banyak lagi. Banyak yang bilang, aku itu anak mama karena sering kali dimanja dan selalu dituruti permintaannya, apalagi kasih sayang seorang ayah kepada anak perempuannya yang amat sangat besar. Mungkin sama dengan ibu, tapi kadang kasih sayang seorang ibu masih ada ngomel-ngomelnya, he-he.
Selama masa sekolah dasar, aku setiap malam selalu belajar bersama Ibu. Belajar di depan televisi tidak menghalangi fokusku pada PR-PR yang diberikan guru kepadaku. Ibu yang selalu membimbingku sampai PR-PR itu selesai semua dan sedikit memberikan nasihat kepada anaknya agar suatu saat kelak bisa menjadi anak yang berguna bagi masyarakat dan orang-orang yang membutuhkan, kata-kata itu yang selalu aku ingat sampai sekarang. Setelah lulus dari sekolah dasar, aku melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama, orang tua menyuruhku untuk mondok dan sekolah. Selama di pondok, hampir setiap hari aku menangis karena selalu teringat rumah. Kangen Bapak-Ibuk, Embah, dll. Namun, seiring berjalanya waktu, aku bisa menjadi anak yang lebih kuat dan menyadari bahwa aku sudah beranjak dewasa, jadi aku bisa mengubah mindset-ku menjadi lebih baik dan selalu berpikir ke depan dan tidak mementingkan diri sendiri.
Hari-hari di pondok sangat menyenangkan karena mempunyai teman yang banyak. Setiap malam selalu belajar bareng, mengaji, bercanda, bermain-main, berangkat sekolah bareng, dan masih banyak lagi yang aku lakukan di pondok. Sampai akhirnya, aku sudah di tahap kelulusan sekolah. Aku memutuskan untuk mondok di tempat lain. Setelah lulus MTs, aku mempunyai keinginan untuk mondok di Pondok Pesantren Langitan Tuban. Kedua orang tua juga sangat mendukung jika aku mondok di Langitan Tuban. Setelah beberapa bulan aku lulus, Bapak dan Pakdeku mengantarkanku untuk berangkat ke Ponpes Langitan. Aku sudah rapi mengenakan busana muslim dan sudah kusiapkan semua baju-baju, peralatan mandi, dll. Sebelum berangkat, aku berpamitan dengan ibuku dan Embah. Saat berpamitan, aku tidak bisa menahan air mata, sampai-sampai air mataku pun terjatuh. Ibuku langsung memelukku dan mencium pipiku.
Akhirnya, aku dan Bapak langsung menaiki sepeda motor untuk segera berangkat. Selama perjalanan, alhamdulillah aman. Setelah dua jam kemudian, akhirnya kami sampai di pondok. Aku dan Bapak langsung menuju ndalem kesepuhan untuk menemui pengasuh pondok. Setelah bercakap-cakap panjang dengan pengasuh pondok, bapakku langsung pamitan denganku dan salaman sebelum Bapak untuk pulang ke rumah,
Waktu begitu cepat berlalu, setelah lulus dari pondok, aku tidak ada niatan untuk melanjutkan kuliah. Hari demi hari kulalui, membantu Ibu membereskan rumah, menemani adikku yang masih kecil. Mungkin banyak gabut-nya ya kalau di rumah, ya itulah aku. Beberapa bulan setelah lulus ternyata niatanku yang awalnya tidak ingin kuliah berubah menjadi ingin kuliah dan begitu kuat keinginan itu. Akhirnya, aku mencari informasi tentang kampus yang akan aku gunakan untuk belajar, dan setelah aku mendapatkan kampus impian, aku langsung meminta temanku untuk mengantarkan aku daftar. Setelah mendaftar dan mengurusi persyaratan-persyaratan dari kampus, aku merasa senang, ternyata ada satu masalah pada saat aku mendaftar beasiswa dan masalah itu tidak dapat dipecahkan. Aku yang setiap hari berdoa agar bisa mendapatkan beasiswa itu ternyata Allah mempunyai rencana lain.
Aku memutuskan untuk tidak jadi melanjutkan kuliah. Beberapa hari aku mendapat kabar dari guruku dan beliau menawariku untuk kuliah di Jombang. Aku langsung memberitahu kedua orang tuaku, setelah kami berbincang-bincang panjang. Akhirnya, aku menerima tawaran dari guruku. Keesokan harinya, aku sowan ke guruku untuk membicarakan masalah pemberangkatan dan lain sebagainya. Sebenarnya, aku berat meninggalkan keluargaku, tapi aku berusaha kuat dan tegar agar tidak terlihat sedih. Sebelum berangkat ke Jombang, aku sempatkan untuk membantu ibuku di rumah dan bermain dengan adikku. Pagi itu, aku mandi siap-siap untuk berangkat ke Jombang ditemani kedua orang tua dan adikku. Kami berangkat menggunakan Elf pukul 09.00 sampai di Jombang pukul 13.00. Setelah sampai di ndalem Gus, kedua orang tuaku berbincang-bincang sekitar 30 menitan sampai akhirnya mereka semua berpamitan untuk pulang ke Bojonegoro.
***
Aku mulai memperkenalkan diriku ke teman-teman yang lain. Beberapa hari kemudian, kami sudah akrab. Masak mi bareng, main badminton tengah malam, dan masih banyak lagi. Saat itu, perkuliahan belum masuk, hari-hariku membantu di ndalem dan menemani adik-adik belajar (putri Gus).
Tak lama kemudian, akhirnya perkuliahan sudah mulai masuk. Aku menjalani kuliah dengan sangat semangat dan bergembira bertemu teman baru, lingkungan baru, dan suasana baru. Ternyata dunia perkuliahan itu sangat menyenangkan ya. Meskipun ada banyak tugas, aku bisa menjalaninya dengan have fun. Jadi, tugas-tugas yang susah atau berat bagiku ya sekadar tugas biasa dan aku merasa bisa mengerjakan itu semua.
Hari demi hari kulalui di pondok. Kadang bahagia, kadang sedih, mungkin sedihnya jarang pulang dan nggak bisa ketemu keluarga. Aku juga jarang disambang, tidak seperti teman-teman yang lain. Tapi aku tidak patah semangat untuk tetap belajar dan menuntut ilmu sampai menjadi orang yang sukses ke depannya nanti, memberikan kebahagiaan kepada keluarga, membalas jasa-jasa kedua orang tua dan guru-guru yang telah memberikan ilmunya kepadaku.
Dan, tidak terasa ternyata aku sudah mau lulus kuliahnya. Kadang aku berpikir, nanti aku ke depanya jadi apa ya? Dalam hati, “Aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku, aku harus bisa menjadi anak yang bermanfaat suatu saat nanti dan membuat kedua orang tua bangga kepadaku karena mereka menaruh harapan yang besar kepadaku.”
Setiap hari aku selalu berdoa kepada Allah untuk memberikanku jalan yang mudah agar menjadi anak yang sukses di dunia maupun di akhirat. Itulah pesan-pesan yang selalu kedua orang tua berikan kepadaku dan aku selalu mengingat pesan-pesan itu sampai di usiaku yang sudah menginjak 22 tahun.
Waktu memang cepat berlalu, aku yang dulu masih kecil ke mana-mana selalu diantar, makan masih diambilkan, belajar selalu ditemani, dan masih banyak lagi. Aku bangga kepada diriku sendiri, aku bisa di titik ini, dulunya yang tidak ada niatan sama sekali untuk kuliah, ternyata aku bisa menyelesaikan ini semua dengan baik, dan kedua orang tua yang selalu men-support dan mendukungku. Terima kasih Bapak Ibu yang selalu mendoakan di setiap langkahku sampai aku bisa menjadi anak yang lebih baik sampai saat ini. We love you. ;)
***
Tentang Penulis
Nazilul Azizah atau yang lebih sering disapa Nazil merupakan seorang penulis muda kelahiran Bojonegoro 24 Februari 2002. Gadis sulung ini mempunyai semangat tinggi dalam hal belajar, dan suka mencoba hal baru. Gadis penyuka senja, laut, hujan, suasana setelah hujan, dan tak lupa buah dan sayur dan satu lagi matcha kalian bisa jumpai di akun Instagram @nazilul.azizah_.
Posting Komentar