[CERPEN] Sinar Di Balik Awan Gelap - Karya Astra Lunar
Di sebuah kota ada seorang gadis cantik bernama Ayla, ia adalah gadis berusia 18 tahun. Ayla gadis yang cerdas. Sedari kecil ia selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas, bahkan saat di SMP, ia selalu mendapatkan peringkat 1 pararel. Ayla adalah anak pertama di keluarganya. Ia mempunyai dua adik kembar laki-laki dan perempuan yang berusia 15 tahun. Ayla berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang kuli bangunan dan ibunya seorang penjahit rumahan yang penghasilannya tak menentu, tergantung pada seberapa ramai orang yang ingin menjahit baju. Sebagai anak pertama, Ayla mau tidak mau harus bisa meringankan beban orang tuanya. Saat masuk SMA, Ayla berhasil masuk ke sekolah favorit di kotanya dengan beasiswa penuh. Hal itu membuat Ayla dan keluarganya sangat senang, karena dengan begitu, orang tuanya hanya perlu memikirkan biaya pendidikan adiknya. Saat di SMA, Ayla juga membantu orang tuanya mencari uang dengan berjualan kue di sekolah. Ia akan membuat dan membawa kue ke sekolah lalu kue tersebut akan ia titipkan di kantin dan uangnya akan dia ambil saat pulang sekolah. Meski berjualan, itu sama sekali tak mengganggu sekolahnya karena saat SMA Ayla tetap mendapatkan nilai terbaik di kelasnya dalam setiap ulangan, baik itu ulangan harian maupun ulangan semester.
Ayla juga sering dihina oleh teman-temannya karena latar belakang keluarganya. Namun, Ayla tak pernah menyerah, ia selalu sabar dengan semua ejekan itu, selalu memendam semua hinaan itu di hatinya tanpa memberitahu seorang pun termasuk orang tua dan gurunya. Ia memilih untuk tidak bercerita kepada orang tuanya karena takut akan membuat mereka khawatir dan ia terlalu takut untuk berbicara pada gurunya karena ancaman dari para pem-bully itu yang mengancam akan melakukan sesuatu yang lebih parah jika ia berani mengadu. Cemoohan dan ejekan dari teman-temannya seakan-akan sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Terkadang para pem-bully itu juga main fisik dengan Ayla seperti waktu itu saat Ayla datang ke sekolah membawa kue dagangannya. Saat perjalanan menuju kantin, ia dihadang oleh beberapa gadis yang cukup populer di sekolahnya karena pengaruhnya.
“Wih, tukang kue udah dateng, nih,” ucap salah satu gadis yang Ayla tau bernama Nadia.
“Tolong jangan ganggu aku,” ucap Ayla takut. “Kita nggak mau ganggu lo kok, kita cuma mau liat lo bawa kue apa hari ini. Ya ‘kan, Gilrs?” Nadia mengambil box kue milik Ayla dengan paksa dan menoleh ke arah teman-temannya.
“Iya, kita cuma mau liat,” jawab salah satu teman Nadia. Nadia membuka box kue itu dan mulai melihat kue itu satu per satu diikuti oleh teman-temannya. Ia mengeluarkan satu per satu kue itu dan membuangnya ke lantai dengan muka jijiknya.
“Nadia tolong berhenti, jangan buangin kueku,” ucap Ayla yang langsung memegang tangan Nadia dan memohon. Nadia mendorong Ayla hingga ia terjatuh dan menumpahkan kue yang masih di box itu ke atas kepala Ayla. “Lo itu harusnya nggak di sini, lo itu pantesnya jualan kue aja di pasar,” ujar Nadia melemparkan box kue itu ke samping Ayla dan tertawa penuh ejek bersama teman-temannya. Murid-murid lain yang berada di situ pun hanya bisa berpura-pura tidak melihat kejadian itu atau ikut tertawa melihat Ayla yang dirundung.
Setelah puas, Nadia dan teman-temannya pergi meninggalkan Ayla sendiri yang sedang memungut kue dagangannya dengan menangis. “Udah, Ayla, kamu nggak boleh cengeng, kamu nggak boleh sedih, kan udah biasa,” monolognya menyemangati dirinya sendiri.
Ayla mengusap air matanya dan langsung membuang kue-kue buatannya yang sudah kotor, untungnya masih ada beberapa kue yang tidak kotor. Ia pun langsung menitipkan kue itu di kantin.
Semua cobaan Ayla hadapi dengan tabah, hingga pada suatu hari cobaan yang tak pernah disangkanya mendatanginya. Hari itu saat berada di sekolah, Ayla tiba-tiba dijemput oleh tetangganya, tetangganya sama sekali tak mengatakan apa pun selama di perjalanan pulang. Ayla yang bingung pun hanya bisa ikut tanpa bertanya apa pun, meski sebenarnya di dalam dirinya dipenuhi oleh kebingungan dan kekhawatiran. Ia hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan anggota keluarganya. Namun, semua itu sia-sia, begitu sampai di rumahnya, ia sudah melihat bendera kuning terpasang di depannya. Seketika Ayla merasakan sesak di dadanya, ia berlari memasuki rumahnya dan melihat tubuh ayahnya yang terbaring dan di sebelahnya ada ibu dan juga adik-adiknya yang menangis.
“Ayaaah.” Ayla menghampiri tubuh ayahnya dengan air mata yang menetes. Ia memeluk tubuh kaku sang Ayah berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi buruk, ibunya pun memeluk dan menenangkannya. Setelah kematian ayahnya karena kecelakaan kerja hari itu, Ayla mau tak mau harus membantu ibunya mencari uang untuk sekolah dan kebutuhan adik-adiknya.
Ayla mulai mencari pekerjaan waktu, dia mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah kafe dengan gaji 100.000 per harinya. Ia mulai bekerja dari jam 6 sore sampai jam 9 malam. Dari hasil berjualan kue dan bekerja, setidaknya ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan keluarganya. Meski harus bekerja, Ayla tetap berusaha sebaik mungkin saat berhubungan dengan sekolahnya. Ia tak pernah mengeluh meski harus kehilangan masa remajanya.
Baru sebentar Ayla merasa lega karena semua masalahnya telah berhasil ia atasi, sebuah masalah baru muncul, adik perempuannya sakit tifus dan harus dirawat di rumah sakit. Adik laki-lakinya sudah harus membayar uang sekolah dan buku, ditambah jahitan ibunya yang sedang sepi. Hal itu membuat Ayla harus berusaha dua kali lipat untuk menghasilkan uang. Ia mencoba untuk mengajar les di sebuah tempat bimbel di daerah rumahnya. Dari hal itu, ia mendapatkan tambahan uang sebesar 50.000 per hari.
Semua masalah yang datang membuatnya lelah, ia sangat ingin hidup tenang tanpa masalah, tapi masalah tersebut sepertinya tak pernah lelah untuk menghampirinya. Tak jarang Ayla ingin menyerah, ia sudah benar-benar lelah, ia tak punya tempat untuk bercerita dan mengeluarkan semua rasa yang terpendam dalam di hatinya.
Suatu hari, Ayla memilih untuk menenangkan diri di sebuah taman. Ia duduk di salah satu kursi dan memikirkan bagaimana cara mengatasi segala masalahnya hingga....
“Hai, gadis muda,” sapa seorang nenek kepada Ayla.
“Oh halo, Nek,” jawab Ayla tersenyum kepada nenek tersebut.
“Kamu kenapa, Sayang? Dari tadi Nenek liat kelihatan sedih dan lesu,” ucap nenek itu yang langsung duduk di samping Ayla.
“Aku lagi punya banyak masalah, Nek,” ucap Ayla memaksakan senyumnya.
“Apa kau perlu tempat cerita, Sayang? Nenek bisa mendengarkan ceritamu, karena kamu mengingatkan Nenek dengan cucu Nenek,” ujar Nenek itu. Ayla awalnya ragu untuk bercerita dengan Nenek yang baru ia temui itu, tapi akhirnya ia memilih untuk bercerita pada Nenek itu. Ayla menceritakan semua masalahnya mulai dari ia yang sering dirundung oleh teman-temannya, ayahnya yang meninggal, dan adiknya yang sekarang sedang sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Di akhir ceritanya, Ayla menangis, ia berhasil mengeluarkan semua yang ia pendam selama ini.
Nenek itu pun memeluk Ayla dan mengusap pelan rambut dan punggungnya.
“Menangislah, Sayang, menangislah sepuasmu, keluarkan semua bebanmu. Kamu telah menjadi gadis yang hebat selama ini, kamu adalah gadis yang tangguh,” ucap Nenek itu. Ia tak menyangka gadis yang masih sangat muda itu harus menanggung semuanya sendiri.
Setelah beberapa saat, Ayla akhirnya selesai menangis, ia menghapus air matanya.
“Maaf ya, Nek, Nenek jadi harus liat aku nangis,” kata Ayla merasa tak enak pada Nenek itu.
“Nggak pa-pa, Sayang, kamu nggak perlu minta maaf,” balas Nenek itu, “Nenek bakal bantu kamu untuk biaya rumah sakit adik kamu, ya,” lanjut Nenek.
“Eh, nggak usah, Nek. Nggak pa-pa, Ayla bisa kok cari uangnya,” jawab Ayla tidak enak.
“Nggak pa-pa, Sayang, meskipun kita baru ketemu, Nenek bisa tahu kok kalau kamu gadis baik dan pekerja keras dari ceritamu tadi. Atau kamu boleh anggap ini hutang, jadi saat kamu sudah punya uang kamu bisa mengganti uang, Nenek,” ucap Nenek itu.
Ayla bingung, apakah ia harus menerima bantuan dari Nenek itu atau tidak. Namun, karena memikirkan biaya rumah sakit adiknya yang harus dibayar Ayla memutuskan menerima bantuan sang Nenek.
“Ya udah, Nek, aku mau nerima bantuan Nenek, tapi Nenek tenang aja, begitu ada uang, aku pasti langsung ganti uang Nenek,” ucap Ayla.
“Iya, Sayang, kamu bisa ganti kapan pun itu. Jadi jangan terlalu dipikirkan ya, dan juga sebaiknya kamu cerita ke guru atau Ibu kamu tentang kamu yang dirundung biar si perundung bisa dihukum atas perbuatannya dan tidak merundung anak lain lagi,” ujar Nenek itu memberi nasihat pada Ayla, “dan kamu juga jangan pernah berpikir untuk menyerah ya, Sayang, karena segelap apa pun awannya tetap akan ada sinar yang menyinari, begitu juga dengan kehidupan sesulit apa pun cobaan tetap akan ada jalan keluarnya,” lanjut Nenek itu.
Setelah hari itu, Ayla menjadi makin sabar dan tabah dalam menghadapi semuanya, satu per satu masalahnya berhasil ia selesaikan, ia juga mulai membuka diri kepada ibunya, Ayla juga mengadukan Nadia dan teman-temannya kepada guru BK, dan akhirnya Nadia dan teman-temannya yang merundung Ayla dikeluarkan dari sekolah.
Ayla juga masih sering bertemu dengan Nenek itu dan bercerita kepadanya, Ayla sudah menganggap Nenek itu seperti neneknya sendiri, bertemu dengan Nenek itu adalah sebuah keajaiban bagi Ayla, ia sangat bersyukur karena dipertemukan dengan nenek yang menjadi pendengar terbaiknya, yang sering memberinya nasihat dan selalu mencoba untuk membantunya.
***
Tentang Penulis
Astra Lunar adalah nama pena dari seorang gadis kelahiran 2008 yang berharap tulisannya bisa disukai banyak orang. Gadis penyuka buku, kucing, kupu-kupu, dan luar angkasa ini dapat ditemukan di akun Instagram-nya @astra.lunar.
Posting Komentar