[CERPEN] The Knights War
"Kakak, kita mau ke mana? Kok kita terburu-buru gini?" tanyaku.
"Pokoknya, kamu ikut Kakak saja, kalau kamu masih mau hidup!" jawabnya.
"Tapi, Kak. Aku masih mau sekolah dan masuk ke perguruan tinggi, Kak," kataku dengan sedih.
"Sudah, kamu tenang saja. Kakak pasti akan menyekolahkanmu sampai ke perguruan tinggi. Tapi, syaratnya. Kamu sekarang jangan banyak bicara dan banyak tanya dulu dan terpenting kita kabur ke tempat yang sangat aman terlebih dahulu, oke?" jelasnya panjang lebar.
"Iya Kak, Yui paham maksud Kakak," jawabku.
Di tengah-tengah perbincangan ini, kami berlari menuju ke hutan agar 'mereka' kehilangan jejak kami. Berusaha sembunyi dari semak ke semak, pohon ke pohon, hingga kami menemukan desa di dalam hutan ini. Desa tersebut gelap gulita, yang ada hanya sinar dari kunang-kunang yang berterangan. Kami pun kebingungan harus bersembunyi ke mana lagi. Tak lama, nyatanya kami harus kembali masuk ke semak-semak lagi dan berharap agar kami tidak ditemukan oleh 'mereka'. Akan tetapi, kami mendengar langkah kaki seseorang mendekati tempat persembunyian kami sambil mengintip sesekali dari balik semak itu. Aku sangat takut, tetapi untunglah saudaraku selalu menenangkanku.
"Aneh, tadi sepertinya aku melihat dua orang manusia di sini. Benar kan, Felish?" tanya seseorang tersebut kepada rekannya.
"Sebentar, Rei, aku akan mengeceknya dulu," saut seseorang yang kukira bernama Felish karena rekannya tadi memanggilnya begitu.
Setelah itu, dia mulai mendekati semak-semak tempat kami bersembunyi. Lalu, akhirnya dia masuk ke semak-semak dan menemukan kami. Seketika itu, kakakku pun mulai membuka suaranya.
"Tolong, jangan bunuh kami. Kumohon, kami masih mau melanjutkan masa depan kami,” ujarnya.
"Siapa kalian? Kenapa manusia seperti kalian bisa masuk ke dunia kami!" bentaknya.
"Maafkan kami, kami hanya mencari tempat bersembunyi dari orang yang mau membunuh kami tadi dan tanpa kami sadari, kami telah sampai ke sini," jelas kakakku.
"Oh, apakah aku bisa mempercayai kalian saja seperti ini, huh? Kalian ikut aku!" kata Felish.
"Baiklah, kami akan ikut kalian," kata kakakku dan dia menggenggam erat tanganku. Serta, dia seolah mengisyaratkan bahwa aku harus tenang saja dan ikuti kemauan Felish.
Di tengah-tengah perjalanan, ingatanku kembali ke awal mula kenapa kami bisa sampai ke sini, dengan hanya membawa tas yang berisikan berkas berharga dan pakaian-pakaian kami. Kami tidak tahu dengan jelas, apa yang diinginkan oleh gerombolan orang yang mengejar kami tersebut. Tapi, yang jelas mereka berusaha mencelakai kami!
Merekalah yang membuat kami berlari tunggang langgang, menyusuri hutan lebat, hingga kami tersesat masuk ke dalam dunia peri ini. Di sini kami bertemu Felish yang merupakan peri penjaga di dunia tersebut. Kami diajak Felish ke suatu tempat. Yang ternyata, tempat itu adalah rumahnya.
"Hei, kalian berdua. Cepat masuk ke rumahku. Cepat!" kata Felish.
Kami pun masuk ke rumahnya dan Felish menunggu di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekati Felish dan berkata padanya.
"Felish, kenapa kamu di sini? Bukannya kamu masih menjaga di gerbang perbatasan itu?"
"Oh, maafkan saya, Ketua. Tadi, saya ada urusan mendadak."
"Tidak apa-apa Felish, lain kali, jangan kamu ulangi lagi!” ujarnya.
"Iya, Ketua. Saya mohon maaf."
Felish pun membawa kami ke suatu tempat yang sangat terpencil. Lalu, dia berkata, "Kalian, tinggallah dulu di sini. Aku takut kalian dibunuh oleh Raja kami. Jadi, kalian untuk sementara di sini dulu ya, aku mau pulang ke rumahku, dah."
Felish pun meninggalkan kami berdua—aku dan kakakku.
Kami ditinggalkannya di tempat yang gelap gulita dan hanya cahaya kunang-kunanglah yang menyinari kami di sini.
"Kak, sebenarnya. Kita ini di mana?” tanyaku.
“Kakak juga tidak tahu ini kita ada di mana. Yui takut ya?” tanya kakakku tetapi belum sempat kubalas, mataku telah terlelap. Lalu, aku pun merasa mengantuk dan tertidur dengan posisi duduk di samping kakakku.
***
"Yui, Yui, bangun! Sudah pagi, ayo kita cari Felish," perintah kakakku di pagi hari yang kelam ini.
"Tapi kak, aku masih ngantuk. Tidur lagi a—."
"Yui, kamu harus bangun! Kalau tidak, kamu Kakak tinggalkan di sini. Kamu mau?" potongnya.
"Huh, iya iya, Kak, aku bangun. Tapi, kita mau ke mana?" tanyaku.
"Semalam, waktu kamu tidur. Felish datang ke sini dan memberikan peta ini," kata Kakak sambil menunjukkan peta itu.
"Tapi kak, peta ini tulisannya simbol-simbol," tanyaku.
"Tenang saja, Kakak bisa membaca semua simbol ini."
Dengan perlahan, kulihat kakakku mulai mengeluarkan sebuah kertas yang berisi makna-makna dari simbol itu. Di saat itu, aku pun berpikir inilah saatnya!
***
Tentang Penulis
R03, dari nama penanya aja udah ketahuan, nggak, sih? Hai, anak kelahiran 2003 berinisial R di sini! Senang berkenalan dengan kalian, sampai jumpa di tulisan berikutnya, jika saya masih hidup dan bernapas tentunya, ha-ha-ha. Thank you!
Posting Komentar