Mengenal Metode Jigsaw dan Manfaatnya dalam Pembelajaran di Kelas

Table of Contents
ilustrasi seorang guru (pexels.com/RDNE Stock project)

Dalam menciptakan proses pembelajaran yang bermutu, ada banyak sekali metode pembelajaran yang bisa dipilih oleh seorang guru. Salah satu metode pembelajaran tersebut adalah metode jigsaw. Menurut ABLConnect, metode jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran berbasis kolaborasi yang dikembangkan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di University of Texas. 

Metode pembelajaran ini menekankan pada kolaborasi antar tiap individu untuk memperoleh pemahaman bersama. Untuk pengaplikasiannya, siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk menjadi kelompok ahli atau expert group tentang sebuah sub materi. 

Nantinya, kelompok-kelompok kecil ini akan saling berbagi dan bertukar pengetahuan terkait pemahaman mereka terhadap sub materi yang sudah dipelajari. Dengan begitu, siswa secara bersama-sama akan memperoleh pemahaman materi yang utuh melalui penjelasan dari masing-masing expert group. Lantas, kira-kira apa manfaat dari metode pembelajaran ini? Simak terus penjelasannya di bawah!

1. Mengasah Kemampuan Kerja Sama Siswa

ilustrasi bekerja sama (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Metode pembelajaran jigsaw menyajikan sebuah ruang dimana siswa akan lebih ditekankan untuk bekerja sama. Dibanding metode pembelajaran tradisional dimana guru menjelaskan banyak materi, metode jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dan berdiskusi bersama kelompok.

Dalam metode ini, siswa akan lebih terbuka untuk menyampaikan gagasan dan apa yang dipahaminya. Dalam menerapkan metode ini, mungkin siswa akan terlibat dalam perbedaan pendapat dengan siswa yang lain. 

Namun, dari sisi inilah siswa akan belajar untuk menghargai pendapat dan bekerja sama untuk mencapai kesepakatan serta pemahaman yang sama. Dari hal ini, siswa akan memupuk rasa empati, pengertian, dan pemahaman antara satu sama lain. 

2. Melatih Skill Komunikasi 

ilustrasi menjelaskan sesuatu pada orang lain (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dilansir dari IdeaScale, skill komunikasi merupakan salah satu skill atau keterampilan yang dibutuhkan dalam abad ke-21. Skill komunikasi adalah salah satu aspek yang harus dilatih semenjak usia persekolahan agar menghasilkan generasi yang kompeten di masa depan. 

Dengan begitu, tentu skill ini perlu diasah dalam pembelajaran di kelas. Metode jigsaw memfasilitasi siswa untuk bisa melatih skill komunikasinya. Dalam metode ini, kelompok siswa akan belajar menjelaskan apa yang sudah mereka pahami pada kelompok siswa yang lain sehingga terjadi pembelajaran antar teman sebaya. 

Hal ini tentunya akan memberikan manfaat pada siswa, terutama bagi mereka yang masih kesulitan dalam menjelaskan sesuatu pada orang lain. 

3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis 

ilustrasi berpikir kritis (pexels.com/Artem Podrez)

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, metode jigsaw membagi siswa dalam kelompok ahli atau expert group untuk mempelajari sebuah permasalahan atau materi. Dari hal ini, tentu siswa dituntut untuk mempelajari suatu hal hingga mendapatkan pemahaman yang mendalam. 

Kemudian, setelah memperoleh pemahaman mendalam, siswa akan menjelaskannya pada kelompok yang lain. Dalam metode jigsaw, tentu siswa akan cenderung diminta untuk berpikir kritis dalam memahami suatu hal. 

Siswa tidak lagi terpaku pada penjelasan guru, melainkan mereka berusaha untuk memahami sebuah materi dengan daya nalarnya. Selain itu, siswa juga akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis ini melalui diskusi antar teman yang memiliki perspektif berbeda. Dengan begitu, siswa akan memiliki sudut pandang yang lebih luas. 

4. Belajar Bertanggung Jawab

ilustrasi bertanggung jawab (pexels.com/Gustavo Fring)

Tanggung jawab adalah salah satu sikap yang penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Metode jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar lebih bertanggung jawab. Hal ini disebabkan masing-masing kelompok siswa memiliki tanggung jawab untuk menguasai materi tertentu yang selanjutnya akan dibagikan pada kelompok lain.

Salah satu contoh paling sederhana dari penerapan metode ini adalah guru membagi siswa dalam tiga kelompok, yaitu kelompok A menjelaskan tentang simbiosis mutualisme, kelompok B menjelaskan tentang simbiosis komensalisme, dan kelompok C menjelaskan tentang simbiosis parasitisme.

Dengan adanya pembagian yang spesifik seperti itu, siswa akan belajar untuk tanggung jawab pada apa yang sudah diinstruksikan oleh guru. Hal ini karena materi yang dijelaskan siswa dalam sebuah kelompok akan berpengaruh pada pemahaman siswa dari kelompok lain. Dengan begitu, akan tumbuh rasa tanggung jawab siswa untuk bisa memahami dan menyelesaikan apa yang sudah ditugaskan pada mereka. 

5. Melatih Kemandirian

ilustrasi guru sebagai fasilitator (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Salah satu keunggulan lain dari metode jigsaw ini adalah melatih kemandirian siswa. Guru tidak lagi berperan sebagai sumber informasi utama, tapi bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan memantau siswa.

Hal ini tentu berbeda dengan metode ceramah dimana guru memberikan penjelasan sedangkan siswa hanya mendengarkan. Siswa yang belajar dengan lebih sedikit penjelasan dari guru akan merasa dituntut untuk mencari penyelesaian masalah dalam belajar secara mandiri. 

Mereka tidak akan bergantung pada penjelasan guru, melainkan bisa memanfaatkan fasilitas lain yang mereka miliki. Misalnya, mereka bisa mencari informasi di smartphone, ensiklopedia, buku pelajaran yang mereka miliki, dan sebagainya.

Itulah beberapa manfaat dari metode jigsaw. Metode ini terbilang memiliki banyak manfaat dan mudah untuk diaplikasikan. Dalam pembelajaran, pemilihan metode yang tepat akan mengantarkan pada tujuan pembelajaran yang bisa tercapai dengan baik. 

Tujuan pembelajaran yang tercapai menandakan bahwa siswa telah mencapai kompetensi yang diharapkan oleh guru. Dengan begitu, siswa akan memiliki kemampuan yang lebih berkembang daripada sebelumnya. 

Referensi:

https://ablconnect.harvard.edu/jigsaw-research

https://ideascale.com/blog/6cs-of-education/

***

Tentang Penulis

Ahmada Rahmadhani, seorang perempuan kelahiran Sidoarjo yang tertarik dalam dunia kepenulisan. Menulis baginya adalah salah satu ekspresi jiwa yang mampu mengurai pikiran yang penuh. Menulis, pendidikan, dan bahasa Inggris adalah beberapa hal yang berusaha ia tekuni akhir-akhir ini. Ia dapat dihubungi melalui emailnya, ahmadarahmadhani@gmail.com

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

2 komentar

Silakan menuliskan komentar dengan rapi dan sopan!
Comment Author Avatar
Jumat, 21 Februari, 2025 Delete
Wah informasi yang bermanfaat kak✨️
Comment Author Avatar
Jumat, 21 Februari, 2025 Delete
Metode ini masih baru banget di indonesia dan setauku belum pernah di adopsi juga untuk pendidikan di sini. Sangat informatif n fresh. Makasih kak mada