Review Buku Menghardik Gerimis - Karya Sapardi Djoko Damono
![]() |
Cover buku Menghardik Gerimis karya Sapardi Djoko Damono (instagram.com/damonosapardi edited bya Ufuk Literasi) |
Tak hanya di bidang sastra, karya-karya Sapardi juga terdiri dari buku-buku dibidang non sastra mengingat beliau adalah seorang dosen dan akademisi. Karya sastra Sapardi Djoko Damono meliputi syair-syair puisi dan cerita pendek yang terkumpul dalam beberapa buku. Salah satu buku kumpulan cerita pendek Sapardi adalah Menghardik Gerimis.
Buku ini terdiri dari 36 cerita pendek yang mengangkat tema berbeda-beda. Beberapa diantaranya ditulis dengan penulis lain. Cerpen pertama dalam buku ini memiliki judul yang sama yaitu Menghardik Gerimis. Dikisahkan seorang suami membenci gerimis karena datangnya pelan-pelan, diam-diam, dan licik membasahi lantai. Namun, disisi lain sang istri mengharap anaknya seperti gerimis, berperangai lembut, dan berkata santun.
Menghardik Gerimis merupakan buku kumpulan cerpen karya Sapardi Djoko Damono yang pertama kali terbit pada tahun 2019. Buku dengan 96 halaman ini menghadirkan sekumpulan cerpen yang memperlihatkan khas Sapardi sebagai penyair. Cerita pendek yang hadir dalam buku ini tidak terlalu panjang, berkisar 2 hingga 3 halaman. Cerpen paling panjang dalam buku ini adalah Dongeng Rama Sinta dengan 7 halaman. Bahkan ada cerita pendek yang hanya terdiri dari 1 halaman seperti pada cerpen Jendela dan Sopir Taksi.
Cerpen-cerpen Sapardi Djoko Damono dalam buku Menghardik Gerimis dikemas dengan bahasa sehari-hari, tak jarang Sapardi menyelipkan beberapa kalimat yang maknanya bisa saja berbeda-beda. Sapardi menggunakan kias-kias yang menambah keindahan cerpennya, sehingga cerpen-cerpen ini berbeda dengan cerita pendek pada umumnya. Selain itu, Sapardi Djoko Damono piawai dalam menggambarkan benda mati seolah-olah hidup layaknya manusia, seperti pada cerpen Jalan Lurus.
Melalui buku Menghardik Gerimis pembaca dapat memetik sudut pandang lain dari berbagai topik yang ditulis Sapardi Djoko Damono. Bahasa Sapardi dalam karyanya selalu sederhana, tak berlebihan, tepat sasaran, namun tetap membawa wibawa tersendiri.
Cover buku kumpulan cerpen ini berlatar putih dengan hiasan ranting pohon menjalar. Ranting pohon beserta daun memenuhi cover buku kumpulan cerpen Menghardik Gerimis. Pemilihan cover yang sederhana mampu menarik minat pembaca. Persis di tengah sampul, judul buku ini ditulis. Kemudian di bagian bawah terdapat nama penulis yaitu Sapardi Djoko Damono.
Banyak penghargaan telah Sapardi raih kisaran tahun 1978 hingga 2018 baik di kancah nasional maupun internasional. Beberapa penghargaan Sapardi Djoko Damono diantaranya Cultural Award (1978), Anugerah Puisi Putra (1989), SEA Write Award (1986), hingga ASEAN Book Award (2018).
Selain terkenal dengan karya-karya dan penghargaannya, Sapardi Djoko Damono juga menjadi inspirasi bagi generasi sastrawan Indonesia selanjutnya seperti Joko Pinurbo. Jokpin mengaku terinspirasi dari salah satu buku Sapardi yaitu Duka-Mu Abadi. Dalam buku kumpulan puisi Hasan Aspahani dengan judul Pena Sudah Diangkat, Kertas Sudah Mengering Sapardi menuliskan catatan pengantar pada halaman awal. Sapardi Djoko Damono juga menulis buku kolaborasi dengan penulis Rintik Sedu, nama pena dari Nadhifa Allya Tsana dengan judul Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang.
Berpulang pada 19 Juli 2020 di usia 80 tahun, karya-karya Sapardi Djoko Damono tak lekang oleh masa. Sajak-sajaknya tetap dinikmati seluruh elemen masyarakat. Bagi pecinta sajak-sajak Sapardi Djoko Damono, buku kumpulan cerpen Menghardik Gerimis tak patut dilewatkan. Menjelajahi setiap diksi-diksi Sapardi Djoko Damono menjadikannya tetap abadi hingga saat ini.
***
TENTANG PENULIS
Fifi Farikhatul Munfaridah, Seseorang yang sedang berusaha menapaki setiap jengkal puisi. Tulisannya terbit di Majalah mahasiswa DIMeNSI, IDN Times, suara.com, nyangkem.id. Mempunyai blog pribadi. Quotesnya pernah dibukukan bersama penulis lain dalam buku Melekatkan yang Patah (2023).
Posting Komentar