Review Novel Gadis Kretek - Karya Ratih Kumala, Perempuan Harus Berani!

Daftar Isi
Cover Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala (instagram.com/bukuakik)
Kisah cintamu kandas sebelum ke pelaminan? Inilah yang dirasakan Jeng Yah dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Penulis kelahiran 4 Juni 1980 ini, telah melahirkan sebuah novel yang mengambil latar sejarah industri kretek di Indonesia.  Novel Gadis Kretek diterbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama pada 2012. 

Masih eksis hingga sekarang, novel Gadis Kretek berkisah tentang usaha kretek “Djagad Raja” yang telah sukses besar. Tidak ada yang tak kenal merek kretek satu ini, bahkan banyak industri berbondong-bondong mengajukan proposal agar mendapat sponsor dari kretek Djagad Raja. Namun, dibalik kesuksesan kretek Djagad Raja ada sejarah panjang yang tak terduga.

Perjalanan tiga pewaris kretek Djagad Raja (Karim, Tegar, dan Lebas) mencari cinta masa lalu romonya (ayahnya), menunjukkan bahwa Ratih Kumala menyajikan alur maju-mundur untuk novel ini. Banyak kejadian masa lalu yang mewarnai kesuksesan kretek Djagad Raja, termasuk kisah Jeng Yah, gadis kretek pada masa itu. Gadis yang ternyata punya peran cukup besar dalam kesuksesan Kretek Djagad Raja.

Mengambil latar sejarah Indonesia, Gadis Kretek memulai kisahnya pada akhir penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Kemerdekaan Indonesia, hingga peristiwa G-30 S PKI. Peristiwa-peristiwa tersebut berpengaruh pada nama dagang kretek yang diproduksi pada masa itu. Ada filosofi tersendiri pada setiap nama dagang yang diproduksi. 

Ratih Kumala begitu epik dalam menggambarkan karakter-karakter dalam novelnya. Termasuk Jeng Yah atau Dasiyah, tokoh utama dalam novel Gadis Kretek. Karakternya yang kuat dan pekerja keras membuat Jeng Yah disegani banyak orang. Tidak mau berpangku tangan sebagai anak pemilik “Kretek Merdeka”, sejak belia Jeng Yah rajin membantu melinting kretek hingga ia mampu menciptakan nama dagang untuk kreteknya sendiri yaitu “Kretek Gadis”. Sayang sekali kesuksesan Jeng Yah dalam bidang bisnis bertolak belakang dengan kisah cintanya yang harus kandas sebelum sampai pelaminan. 

Alur novel Gadis Kretek semakin seru dengan hadirnya beberapa plot twist mencengangkan. Jalan ceritanya sulit ditebak, dan tidak fokus pada satu karakter utama saja. Karakter-karakter pendukung juga dijelaskan secara detail. Termasuk tiga karakter yang menjadi titik balik dalam novel ini.

Melalui novel Gadis Kretek pembaca dapat mengetahui sejarah panjang industri kretek, bahan apa saja yang ada pada sebatang kretek, dan bagaimana proses pembuatan kretek. Pada masa itu, kretek menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Pasang surut usaha kretek menjadi salah satu sumber klimaks dalam novel ini. 

Tidak hanya itu novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala mengangkat budaya Jawa dalam beberapa narasinya. Hal itu dikarenakan novel ini mengambil tiga latar tempat sekaligus, yaitu Kota M (sebuah kota di daerah Magelang), Kudus, dan Jakarta yang masih dalam lingkup pulau Jawa. Beberapa kata bahasa Jawa dalam novel ini diterjemahkan pada tiap akhir chapter

Kepopuleran novel Gadis Kretek menjadi alasan mengapa novel ini akhirnya diangkat menjadi sebuah series original Netflix. Meskipun begitu, ada beberapa perbedaan detail cerita antara novel dan seriesnya. Misalnya pada novel diceritakan yang mencari Jeng Yah adalah Karim, Tegar dan Lebas (ketiga anak Soeraja), sedangkan pada series yang mencari Jeng Yah hanyalah Lebas. 

Tak perlu diragukan lagi, Gadis Kretek adalah novel dengan kualitas memukau. Hal itu terbukti melalui penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa yang diperuntukkan kepada novel Gadis Kretek pada tahun 2012. Ceritanya dikemas dengan bahasa sederhana, banyak pesan moral yang dapat diambil dari novel ini. Sudahkah kamu membaca novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala? 

***

TENTANG PENULIS

Fifi Farikhatul Munfaridah, Seseorang yang sedang berusaha menapaki setiap jengkal puisi. Tulisannya terbit di Majalah mahasiswa DIMeNSI, IDN Times, suara.com, nyangkem.id. Mempunyai blog pribadi. Quotesnya pernah dibukukan bersama penulis lain dalam buku Melekatkan yang Patah (2023).

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar