Bagaimana Rasanya Menghasilkan 1 Juta Pertama dari Menulis Artikel di IDN Times?
![]() |
ilustrasi menulis artikel di idn times dan dibayar (pexels.com/Tima Miroshnichenko) |
Beberapa tulisan ditolak hingga membuat saya memutuskan untuk vakum menulis di sini. Setelah tiga tahun lamanya tidak melirik IDN Times, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba kembali mengirimkan tulisan dengan bekal yang saya dapatkan dari kelas menulis.
Siapa sangka, percobaan kali ini ternyata membawa artikel saya terbit untuk pertama kalinya bahkan hingga mendapatkan satu juta pertama
Untuk sampai di titik ini tentunya banyak lika-liku perjalanan menulis yang tidak mudah. Tapi, saya yakin bahwa kamu juga bisa menyusulnya dengan doa dan usaha yang maksimal. Namun, tetaplah ingat bahwa semuanya selalu butuh proses yang tidak sebentar. Artinya, kita harus sabar serta mencintai proses menulis layaknya kamu mencintai diri sendiri.
Bagi saya, menulis di media nasional seperti IDN Times ini adalah salah satu pengalaman berharga yang harus disyukuri. Terlebih ketika melihat salah satu artikel kita bisa ditemukan dalam pencarian google. Rasanya, masyaallah senang sekali. Saya yakin setelah ini, kamu juga akan merasakan hal demikian jika mau mencobanya.
Mungkin kamu akan bertanya-tanya,
- "Apa yang membuat Kak Eli tertarik menulis di sini"
- "Bagimana Kak Eli akhirnya bisa meraih satu juta pertamanya?"
- "Bagaimana cara mengatasi takut ditolak pada awal-awal menulis?"
Hingga pertanyaan lain yang membuatmu penasaran seputar menulis di IDN Times ini. Nah, biar kamu tidak penasaran lagi, setelah ini Kak Eli akan sedikit berbagi cerita dan membagikan beberapa tips seputar menulis yang bisa diterapkan sehari-hari. Let's scrolling!
1. Mengapa tertarik menulis di IDN Times?
Sebagai mahasiswa yang bekerja sambil kuliah saat itu saya berpikir keras bagaimana caranya bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Mengingat beberapa kali pernah berpindah-pindah pekerjaan, membuat saya harus mempunyai side hustle sebagai cadangan ketika belum mendapatkan pekerjaan yang baru.
Akhirnya di bulan Agustus tahun 2024 kemarin saya menemukan kelas menulis artikel yang diadakan oleh Ufuk Literasi. Kelas artikel berlangsung selama satu bulan penuh dan saya mendapatkan output berupa beberapa artikel yang berhasil diterbitkan. Dari sinilah saya bisa merasakan bertemu dengan relasi baru hingga mentor yang keren-keren.
Awalnya saya suka menulis karena ingin menyalurkan isi kepala. Namun, setelah menemukan IDN Times, ternyata tulisan saya bisa dibaca banyak orang dan bahkan dibayar. Jadi, saya sadar bahwa ternyata menulis banyak membuka jalan untuk tetap tumbuh, menginspirasi, bahkan memberi dampak bagi orang lain meski sekecil apa pun itu.
Dulu, saya pernah bertanya-tanya "Bisa gak sih dapat penghasilan dari menulis?" Dan, ternyata IDN Times membuka jalan bagi saya bisa berpenghasilan lewat menulis.
Menurut saya, IDN Times adalah salah satu platform yang sangat terbuka bagi para community writer baru. Memiliki sistem monetisasi cukup baik dan menjadi salah satu peluang menarik untuk kamu yang ingin belajar konsisten menulis.
Sebab, jika bisa konsisten di sini tidak menutup kemungkinan jika kamu akan dikenal, bisa dibayar, serta bisa lebih berkembang dengan lebih baik lagi. Yang terpenting adalah kamu sudah "Berani" terlebih dahulu untuk memulai.
2. Bagaimana cara mengatasi rasa "takut ditolak" saat awal-awal menulis?
"Kak, aku pengin nyoba ngirim artikel, tapi takut ditolak."
Pernyataan seperti ini mungkin adalah salah satu ketakutanmu ketika awal-awal menulis. It's okay, ini adalah perasaan yang wajar. Rasa takut ditolak yang kamu alami itu manusiawi. Namun, mulai sekarang cobalah ubah sudut pandang tersebut menjadi peluangmu untuk bertumbuh.
Dulu saya punya prinsip bahwa,
"Berkali-kali ditolak tidak akan meruntuhkan semangatku untuk mencobanya sampai berhasil."
Saya belajar bahwa penolakan dan kegagalan adalah kesempatan untuk belajar lagi. Saya belajar bahwa ternyata masih ada banyak hal yang belum dipelajari bahkan terlalu terburu-buru sehingga hasil akhirnya tidak maksimal.
Nah, dari sinilah saya mencoba untuk tidak terlalu mengkhawatirkan hasil akhirnya. Karena yang terpenting adalah menulis, lalu kirim dulu. Inilah salah satu cara agar kita mengetahui apakah tulisan tersebut layak terbit atau tidak.
"Terus, biar gak terlalu takut ditolak gimana caranya kak?"
Untuk mengatasi hal ini biasanya saya mencoba mencari den membaca artikel terbitan di IDN Times dulu biar ada gambaran"Oh ternyata seperti ini" artikel yang diterbitkan IDN Times. Nah, kalau kamu punya teman atau mentor pribadi yang sudah berpengalaman, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi kepada beliau.
Lebih dari itu, cobalah untuk menganggap bahwa artikel pertama itu tidak harus sempurna. Artinya artikel pertama tidak harus langsung terbit, bonus jika artikel pertamamu bisa langsung terbit. Ingat ya, jadikan artikel pertama sebagai latihan, bukan ajang lomba yang harus kamu menangkan.
Cobalah untuk katakan pada diri sendiri, misalnya seperti:
"Tulisanku mungkin belum sempurna, tapi aku akan terus belajar. Gak masalah kalau kali ini aku ditolak karena mencoba, daripada terus-menerus dihantui rasa takut karena tidak mau memulainya."
Jadilah penulis yang kalau jatuh belajar lagi dan bangkit lalu ulangi lagi.
3. Apa yang bisa dilakukan saat sedang stuck atau kehabisan ide?
Mungkin kamu pernah merasakan benar-benar stuck sampai berakhir pusing. Tapi tenang, stuck yang kamu alami bukanlah akhir, melainkan sebuah pertanda bahwa kamu sedang naik level. Tanpa disadari, otakmu sedang menggali sesuatu yang lebih dalam dan ini adalah bagian dari menciptakan sesuatu yang lebih baik.
Jika kamu perhatikan keran air yang jarang dipakai alirannya akan mampet, tapi jika kamu putar pelan-pelan setiap hari pasti lama-kelamaan akan lancar juga. Begitupun dengan menulis, jika kamu sedang kehabisan ide maka tidak masalah jika tetap menulis satu atau bahkan dua kalimat setiap hari. Sebab, cara inilah yang bisa membantumu agak tidak stuck secara total.
Cobalah tarik napas pelan-pelan dan biarkan dirimu untuk diam sejenak. Kamu mungkin lupa kalau otakmu bisa buntu dan hatimu juga bisa capek. Maka, biarkan sejenak agar tubuhmu beristirahat dengan lebih tenang. Kehabisan ide bukan berarti kamu gak kreatif, tapi karena tubuh dan pikiranmu memang butuh jeda sejenak.
Beberapa hal yang biasanya Kak Eli lakukan saat stuck menulis yaitu:
1. Membaca ulang artikel lama yang pernah saya tulis kemudian merevisi sedikit lalu kirim kembali
Cara ini bisa saja berhasil bisa saja tidak, tapi beberapa kali saya pernah melakukannya dan memang berhasil terbit.
2. Mengintip trending topik (tema pilihan editor) di IDN Times ataupun media sosial
Salah satu cara tercepat untuk menemukan ide adalah dengan mengintip tema pilihan editor yang biasanya dibagikan melalui Instagram. Selain itu media sosial juga bisa jadi ladang emas untuk menemukan ide. Misalnya trending topik di X, threads instagram yang sedang ramai, bahkan berkeliaran FYP di tiktok.
3. Menulis bebas tanpa memikirkan kualitas
Biasanya saya kalau lagi stuck lebih sering menulis sesuatu yang cukup liar. Jadi, yang penting adalah menulis dulu. Masalah edit, nanti bisa di akhir. Dari sinilah kita bisa belajar untuk mengenali suara sendiri tanpa adanya tekanan.
4. Istirahat sejenak, baca buku, atau mencari inspirasi lain
Ini adalah poin terpenting dalam dunia kepenulisan. Istirahat bukan tanda kamu lemah, tapi justru memberi ruang untuk bernapas agar ide kembali tumbuh. Menulis tanpa membaca bisa diibaratkan seperti menanam tanpa benih.
Kamu bisa saja menggali tanah dan menyirami setiap hari. Tapi, apa yang tumbuh? Tidak ada. Nah, begitupun dengan menulis. Ide serta sudut pandang akan lahir ketika kamu membaca dan menyerap informasinya, bukan sekadar dari apa yang kamu keluarkan.
4. Apakah menulis di IDN Times harus selalu dengan topik yang berat?
Kalau dari pengalaman saya, menulis di IDN Times itu tidak harus selalu dengan topik yang berat. IDN Times sendiri menerima tulisan yang ringan, relatable, atau bahkan yang terlihat sepele pun bisa meledak dan dibaca ribuan orang.
Terpenting adalah tetap ikuti panduan menulis serta menuliskannya dengan sudut pandang yang lebih dekat dengan pembaca. Topik di IDN Times sangatlah beragam mulai dari automative, business, fiction, food, health, hype, Korea, life, men, news, opinion, science, sport, tech, dan travel.
IDN Times merupakan salah satu media yang dekat dengan audiens Gen Z dan Milenial. Jadi sasarannya banyak untuk anak muda yang kebanyakan lebih tertarik pada tulisan sederhana, ringan dicerna, serta menyentuh dengan kehidupan sehari-hari.
Beberapa topik yang cukup berat memang butuh data yang akurat, gaya bahasa yang cukup baik serta harus punya referensi yang kredibel. Nah, untuk penulis pemula cobalah mulai dari topik yang ringan terlebih dahulu agar tidak memberatkan saat menulis. Karena dengan inilah kamu bisa lebih eksploratif serta proses menulis pun terasa lebih menyenangkan.
"Kira-kira tulisan ringan seperti apa yang pernah Kak Eli terbitkan?"
Dulu saya pernah mencoba menulis artikel yang menurut saya ini termasuk pembahasan ringan tapi cukup relatable dengan pembaca. Beberapa contoh judul artikel yang pernah saya terbitkan yaitu:
- "Like Story Instagram, Tanda Suka atau Sekadar Basa-basi?
- "Kenapa Iklan Sirup Selalu Muncul di Bulan Ramadan?"
- "5 Alasan Chat yang Dibalas 'Haha' Itu Menyakitkan"
- "5 Alasan Seseorang Mematikan Fitur Terakhir Dilihat di WhatsApp"
Awalnya saya cukup terkejut ketika mendapatkan notifikasi bahwa artikel-artikel tersebut berhasil publish. Karena saya pikir topiknya terlalu receh dan mungkin tidak akan diterbitkan. Tapi, dari sini saya sadar bahwa topik yang ringan dan dekat dengan membaca justru sering lebih mudah untuk mendapatkan viewers.
5. Pengalaman mengikuti kelas menulis artikel sampai mengantarkan pada satu juta pertama
Meskipun menyukai dunia kepenulisan ini sudah cukup lama, namun untuk menulis artikel versi IDN Times merupakan hal yang baru bagi saya. Awalnya mengikuti kelas menulis artikel ini hanya karena penasaran. Tapi akhirnya tergerak untuk mendaftar kelas ini melalui Kak Aziz yang saya kenal melalui CIW batch 26.
"Lalu bagaimana akhirnya kelas menulis ini bisa mengantarkan kak Eli untuk mendapatkan satu juta pertama?"
Perjalanan ini dimulai ketika saya berhasil menerbitkan artikel pertama. Dari sinilah Saya berusaha untuk tetap konsisten menulis. Berawal dari verified writer (20 artikel) ternyata memicu semangat saya untuk mendapatkan satu juta pertama. Dan, alhamdulillah saya bisa mendapatkannya lebih dari itu.
Salah satu privilese yang saya dapatkan lagi adalah ketika ditawari menjadi mentor kelas artikel batch 7. Padahal saya dulunya jadi peserta di batch 6. Rasanya tentu sangat senang karena bisa belajar hal baru, tapi juga kadang ada beberapa rasa takut. Namun, hal ini tidak menghalangi saya untuk terus mencobanya sambil pelan-pelan belajar dengan mentor lain yang hebat-hebat.
Untuk cerita lengkapnya sebenarnya saya telah menuliskannya di medium, kalian bisa baca dengan melalui klik di sini jika berkenan.
Waktu yang saya butuhkan ini sebenarnya cukup lama. Menulis di sela-sela kerja dan kuliah menurut saya bukan hal yang mudah, jadi waktu itu saya hanya menulis jika ada waktu luang saja. Tapi, pengalaman ini membuat saya belajar banyak yang belum pernah didapatkan sebelumnya.
Apalagi ketika saya mendapatkan pencapaian Rookie of The Month IDN Times di bulan Februari 2025. Rasanya benar-benar bahagia karena mendapat apresiasi. Menurut saya kelas artikel dari Ufuk Literasi ini bukan hanya sekadar kursus, tapi sebagai pintu yang mengantarkan kepada pengalaman berharga. Dan saya sangat bersyukur karena pernah berani melangkah sambil mengetuknya.
Jadi untuk teman-teman jangan takut untuk mencoba. Jangan menunggu untuk mendapatkan ide yang besar tapi mulailah menulis dengan keresahan kecil. Karena bisa jadi tulisanmu tidak hanya menyelamatkan diri sendiri tapi juga menguatkan orang lain.
6. Hal penting yang harus dilakukan penulis pemula supaya tetap bertahan
Menjaga semangat dan konsisten dalam menulis bukanlah hal yang mudah, lalu apa yang harus dilakukan?
Mungkin banyak penulis yang berhenti bukan karena tidak bisa menulis. Mereka cenderung menganggap bahwa tulisannya karena tidak berhasil terbit atau sering ditolak oleh penerbit. Padahal semuanya butuh waktu yang tidak sebentar. Artinya jangan terburu-buru untuk ingin menikmati hasilnya. Tapi nikmatilah dulu prosesnya.
Selain itu Kak Eli di sini menyarankan untuk menulis keresahan atau sesuatu berdasarkan pengalaman sendiri. Karena di sinilah proses menulis menjadi terasa lebih jujur dan mengalir. Bangunlah kebiasaan dari para penulis hebat yang berhasil bukan hanya sekadar mendengarkan atau membaca motivasi sesaat, tetapi juga dibarengi dengan usahanya untuk tetap konsisten menulis.
Kalian juga bisa bergabung ke komunitas untuk mendapatkan teman sharing sesama penulis supaya tidak merasa sendirian, seperti dalam komunitas Ufuk Literasi yang begitu menghangatkan.
Bertahan menjadi penulis itu seperti menanam pohon. Dari awal kita mencangkul, menanam, menyiram, memupuk, lalu kita jaga dengan baik. Tapi, apakah langsung bisa berbuah?
Tentu tidak, oleh karena itu penting untuk terus sabar dalam merawatnya.
Jika kamu gagal ataupun ditolak bukan berarti semuanya berakhir, karena bisa jadi kamu hanya belum menemukan ruang yang cocok untukmu. Percayalah yang membuat kamu berkembang bukan dari tulisan yang sempurna melainkan keberanian untuk terus belajar dan mencoba.
Jadi, apakah kamu siap Mendapatkan 1 Juta Pertama dari Menulis Artikel di IDN Times? Kalau sudah siap, saatnya memperjuangkannya. Dan, Kak Eli merekomendasikan untuk kamu bisa bergabung belajar di Kelas Artikel Populer Ufuk Literasi. Selain belajar bersama Kak Eli, ada mentor lainnya yang sudah berpengalaman dan menghasilkan dari menulis artikel.
***
TENTANG PENULIS
Eli Suratmi, merupakan gadis pecinta aksara yang masih berproses dalam kehidupan. Lahir dan tumbuh di Banyumas pada tahun 2003. Hobi membaca dan menulis membuatnya pernah berlama-lama di ruang privasi. Dunia literasi selalu membuatnya menemukan inspirasi baru dalam setiap karya yang ditulis. Ia bisa dijumpai melalui Instagram @ellisrr_
Posting Komentar