[PUISI] Sebingkai Senja yang Pernah Kita Simpan Bersama

Table of Contents
ilustrasi kamera (pexels.com/Jens Mahnke)
Kita pernah duduk diam di bawah langit yang sama tuk saling bercerita

Angin menggigil membawa bisikan yang tak sempat jadi suara

Matamu adalah pelabuhan bagi sunyi yang terluka

Dan aku adalah perahu rapuh yang takut kehilangan dermaga


Senja mencatat semua yang tak sanggup kukatakan

Lalu menyimpannya dalam lipatan awan yang menghilang pelan-pelan

Aku tinggal sendiri, menatap langit yang makin terang

Sambil berharap malam tak buru-buru datang tanpa diundang


Setelah kepergianmu, waktu berjalan tanpa denyut

Bahkan hujan pun enggan jatuh tanpa alasan yang kuat

Hari-hari menjadi gurun yang kian keruh dan surut

Sedangkan rinduku, makin menua tapi tak pernah sekalipun terlintas kata tamat


Andai bisa akan kupeluk senja agar tak gegabah beranjak

Berharap kau tetap tinggal, walau semu dan perlahan rasanya mulai sesak

Tapi senja tak bisa ditangkap, hanya bisa dikenang

Seperti namamu yang masih tinggal dan tak lagi datang meski berkali-kali diundang


Penulis: Moch Abdul Aziz

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar