[PUISI] Yang Melupakan Puisi

Table of Contents
ilustrasi mesin ketik (pexels.com/Arnie Chou)
Ada puisi yang membaca baitnya sendiri
Di antara ketidaksadaran penyairnya
Puisi, mengambil alih seluruh perasaan untuk ditukar dengan kehidupan

Alkisah, dahulu pelangi itu menjadi permadani
Sepasang langkah menuju rumah
Dua pasang jendela, memantulkan cahaya, memberkati kedua insan yang ada di dalamnya
Sesuatu yang kini tersimpan dalam bait puisi

Hingga angin datang membawa badai,
Cinta yang tersimpan, terbenam menjadi misteri

Ada puisi yang membaca baitnya sendiri,
Mencoba mengerti kata cinta yang dijeda koma,
Menanti lanjutannya.
Namun, hingga kini, tak ada sambungannya lagi

Puisi tetaplah puisi
Penyair bukanlah puisi
Kehidupan tak bisa ditukar dengan  perasaan
Puisi itu akhirnya mati
Meninggalkan hati, hingga kini
Tak ada yang mau memiliki, lagi

Sebab, penyairnya telah melupakannya.
Melupakan perasaan
Melupakan kehidupan

Sekali lagi,
Puisi itu mati, jasadnya hilang, terlupa
Sekian lama.


Penulis: Devtri

Komunitas Ufuk Literasi
Komunitas Ufuk Literasi Aktif menemani pegiat literasi dalam belajar menulis sejak 2020. Menghasilkan belasan buku antologi dan sukses menyelenggarakan puluhan kegiatan menulis yang diikuti ratusan peserta.

Posting Komentar