[REVIEW] Buku Akhirnya Sembuh Juga – Karya Tesar Dwi Saputra
![]() |
| ilustrasi buku Akhirnya Sembuh Juga (gramedia.com/edited by canva) |
Identitas Buku
Judul: Akhirnya Sembuh Juga
Penulis: Tesar Dwi Saputra
Penerbit: Anak Hebat Indonesia
Tahun Terbit: Cetakan Pertama Desember 2023
Jumlah Halaman: 310 Halaman
Genre: Pengembangan Diri
Isi Buku
Barangkali, sembuh adalah satu kata yang paling tepat untuk menggambarkan isi buku ini. Sejak awal membaca buku Akhirnya Sembuh Juga, aku merasa seperti sedang diajak menyelami perjalanan hidup yang terkadang penuh luka, jatuh, dan kecewa. Aku masih berharap ada waktu dimana akan pulih seutuhnya. Buku ini menjadi pengingat bahwa emosi manusia itu tidak bisa ditebak. Kadang kita berpura-pura untuk kuat di hadapan orang lain, tetapi adakalanya bisa rapuh tanpa diduga-duga.
Tesar cukup lihai dalam merangkai kisahnya. Melalui sepuluh bab yang berhasil disusun apik, ia membawa pembaca menelusuri fase kehidupan. Dimulai dari masa kecil, transisi ke masa remaja, pencarian jati diri, luka karena cinta, menuju ke masa dewasa, sampai akhirnya tiba di masa hubungannya manusia dengan Tuhan. Semuanya bermuara pada satu hal yaitu hati yang akhirnya pulih di ujung perjalanan.
Tesar mengibaratkan perjalanan ini seperti bertualang. Pembacanya diajak masuk ke “wahana bermain yang penuh luka,” lalu menyaksikan “pemandangan penuh kesedihan,” sampai akhirnya sampai di “puncak bukit yang bernama kebahagiaan.” Rasanya seperti dia bilang, “Tenang, kamu nggak sendiri. Aku akan menemanimu lewat cerita-cerita ini.”
Salah satu best part yang bikin nempel di kepalaku ada di halaman 37:
“Jangan merasa diri ini yang paling susah, paling banyak beban, paling banyak diatur. Kalau sudah takdir, jalani saja, jangan banyak protes. Tuhan juga tidak melarangmu untuk berdoa lagi, kan? Meskipun kamu datang di saat butuhnya saja.”
Kalimat ini berasa seperti ditampar. Kita sering merasa paling menderita. Padahal setiap orang punya perjuangan masing-masing. Jangan terlalu banyak mengeluh, jalani dengan ikhlas, dan jangan lupa berdoa. Tuhan tidak pernah menutup pintu, bahkan untuk mereka yang datang hanya di saat butuh.
Berlanjut ke halaman 129-131, Tesar menulis perumpamaan yang menurutku cukup menarik:
“Tidak perlu menjelaskan kepada ikan caranya berenang, tapi jelaskanlah bahwa keberadaan air itu ada di sekelilingnya.”
Kiasan ini menyinggung soal keinginan manusia untuk selalu diakui. Ia mengingatkan agar kita tidak perlu membuktikan siapa diri kita kepada orang lain. Jalani saja, biarkan waktu yang menunjukkan segalanya.
![]() |
| buku Akhirnya Sembuh Juga (dok.pribadi/Reyvan Maulid) |
“Pada akhirnya, diri sendirilah yang berjuang mati-matian dan teman hanyalah sebatas penasihat yang sudah diatur tanggal kadaluarsanya.”
Kalimat ini terasa realistis banget. Semakin dewasa kita, semakin kita sadar bahwa tidak semua orang akan menetap. Ada yang hadir hanya sementara, ada yang pergi tanpa pamit. Tapi di situlah letak asiknya. Belajar menerima kepergian dan menghargai setiap kehadiran yang sempat singgah.
Ada lagi kutipan berikutnya yang sungguh menyayat:
“Semakin palsu dirimu, semakin luas lingkar pertemananmu. Semakin realistis dirimu, semakin sedikit lingkar pertemananmu.”
Pahit, tapi nyata. Tesar seperti ingin berkata bahwa menjadi tulus kadang membuat kita kehilangan banyak teman. Tapi dari situ pula proses pendewasaan dimulai. Ketika kita tak lagi menilai diri dari banyaknya teman, tapi dari ketenangan yang kita punya.
Puncak perjalanan buku ini ada di halaman 305:
“Selamat, kamu berhasil melewati semua wahana penuh luka. Mulai sekarang, berjanjilah untuk sembuh seutuhnya.”
Tesar ingin mengingatkan kepada pembaca bahwa seberat apa pun luka yang dirasakan bukan untuk disimpan selamanya. Luka itu ada agar kita belajar, memahami, lalu melepaskan.
Kelebihan Buku
Kalau bicara soal gaya menulis, kekuatan Tesar terletak pada ketulusan dan kejujuran bahasanya. Penyampaian yang ringan dan mengalir membuat setiap paragraf terasa seolah pembaca sedang diajak berbicara dari hati ke hati. Kutipan-kutipan yang dipilih pun cukup kuat dan menempel di ingatan.
Selain itu, Tesar piawai menghadirkan peristiwa dan istilah yang relevan dengan kehidupan masa kini. Contohnya, istilah wisata masa lalu, belajar bersyukur dari pengalaman orang-orang di pinggiran yang terinspirasi dari salah satu program televisi, target sukses berupa menjadi PNS, konsep melangitkan doa, membumikan usaha dan masih banyak lagi hal menarik lain yang bisa kamu temukan di dalam buku ini.
Kekurangan Buku
Buku ini akan terasa lebih menarik jika beberapa bab menyertakan bagian refleksi, seperti lembar isian yang memungkinkan pembaca bisa menyalurkan cerita dan emosinya. Dengan begitu, pembaca tidak hanya “menyimak” kisah dari sudut pandang penulis, tetapi juga ikut menjalani proses refleksi menuju sembuh. Namun, hal ini tidak mengurangi kekuatan pesan buku Akhirnya Sembuh Juga.
Pesan yang Dapat Diambil
Bagi aku pribadi sebagai pengulas, buku Akhirnya Sembuh Juga terasa sangat meneduhkan. Buku ini membuat aku sadar bahwa proses menuju sembuh itu tidak harus selalu penuh dengan air mata. Cukup diam dan menerima. Pesan utamanya adalah proses sembuh adalah hak setiap orang dan kita tidak pernah benar-benar sendiri dalam perjalanan itu. Tesar mengingatkan bahwa tidak semua orang akan menetap, tapi setiap pengalaman akan memberi pelajaran berharga. Buku Akhirnya Sembuh Juga ini cocok dibaca saat kamu sedang lelah atau kehilangan arah.
Setelah menutup halaman buku ini, mungkin kamu akan langsung berkata,
“Ya, akhirnya aku pun sembuh juga.”
🌿 Rating: 4,75/5
Tentang Reviewer
Reyvan Maulid adalah nama akrab seorang laki-laki asal Mojokerto, Jawa Timur. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai freelance content writer. Melalui Tagline Awaiting Your Writing, kini, ia sudah memiliki sepuluh karya non-fiksi yang berhasil dibukukan berkaitan dengan edukasi dan motivasi islami. Laki-laki pencinta baso aci ini bisa dijumpai lewat akun Instagram @reyvanmaulid.
.png)
